Alibaba mempertimbangkan untuk listing di Shanghai Stock Exchange



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Raksasa e-commerce Alibaba Group Holding Ltd sedang mengerjakan sebuah rencana untuk membuat daftar di bursa saham di negara asalnya, China.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (15/3), Alibaba sedang mengevaluasi cara yang tepat supaya sahamnya bisa tercatat dan diperdagangkan oleh investor di daratan China. Aksi penawaran perdana atau initial public offering (IPO) bisa segera terwujud di musim panas nanti atau medio Juli, jika peraturan sekuritas negara diubah untuk memungkinkan perusahaan asing terdaftar.

Meski sebagian besar bisnis Alibaba berada di China, perusahaan e-commerce ini tercatat justru di New York Stovck Exchange (NYSE).


Hukum China memang telah lama melarang perusahaan yang terdaftar di luar negeri untuk menjual saham secara langsung kepada investor lokal. China juga saat ini melarang perusahaan dengan saham yang memiliki hak suara berbeda untuk melantai di Shanghai. Sementara, Alibaba memiliki struktur kepemilikan yang kompleks yang memberi pendirinya dan sekelompok kecil eksekutif kontrol lebih besar atas perusahaan daripada pemegang saham lain.

Alibaba pertama kali IPO pada pada tahun 2014 dengan nilai U$ 25 miliar di NYSE. Saat itu, Alibaba merupakan IPO terbesar di dunia. Sejak tercatat di NYSE, saham Alibaba telah naik 86%. 

Kenaikan ini tidak ikut dirasakan oleh investor ritel China. Perusahaan sekarang memiliki kapitalisasi pasar sekitar $ 493 miliar dan merupakan salah satu perusahaan teknologi paling berharga di dunia.

Dalam beberapa bulan terakhir, regulator sekuritas China telah menghubungi beberapa bank investasi untuk membahas cara-cara untuk mengizinkan perusahaan perusahaan yang terdaftar di luar negeri untuk menerbitkan sekuritas di China.

Liu Shiyu, ketua regulator sekuritas China, baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa pemerintah telah berupaya mendorong perusahaan China di luar negeri agar mau masuk ke Shanghai Stock Exchange (SSE). Liu menyayangkan jika investor ritel China tidak bisa turut merasakan keuntungan dari perdagangan saham perusahaan-perusahaan yang justru bisnisnya banyak berasal dari konsumen China.

Ia mencontohkan kenaikan harga saham Alibaba yang luar biasa sejak IPO 2014 silam yang tidak bisa dinikmati oleh investor ritel China. "Hal ini tidak boleh terjadi lagi dan anda semua akan melihat perubahan yang signifikan. Lebih cepat dari yang Anda bayangkan," ungkap Liu, dilansir dari The Wall Street Journal.

Perusahaan teknologi lain yang sedang mempertimbangkan listing di China maupun di luar negeri adalah pembuat smartphone Xiaomi Corp. Produsen ponsel dan gadget ini berencana untuk mengumpulkan setidaknya U$ 10 miliar dalam IPO akhir tahun ini. Sebelumnya Xiaomi memilih Hong Kong sebagai tempat listing utamanya. Kini Xiaomi juga mempertimbangkan untuk melakukan IPO di dua tempat dalam waktu yang bersamaan.

Editor: Wahyu T.Rahmawati