JAKARTA. Status
investment grade menyebabkan pemerintah bisa menghemat ongkos penerbitan surat utang. Artinya, pemerintah bisa mempertahankan imbal hasil rendah, termasuk di tahun ini. Para pengamat obligasi memperkirakan, tren imbal hasil rendah bakal berlanjut di tahun ini meski ada risiko inflasi dan tensi politik menjelang pemilihan. Mereka memprediksi, investor asing masih akan bertahan di Indonesia. Namun, aliran dana asing atau
capital inflow tahun ini tidak akan sederas tahun lalu. Analis Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa mengatakan, minat asing pada pasar obligasi dalam negeri pada tahun ini dipengaruhi dua faktor. Yakni, risiko naiknya tensi politik menjelang pemilihan umum 2014, serta tekanan inflasi akibat kenaikan tarif dasar listrik.
Ia menduga, di semester kedua 2013,
capital inflow akan berkurang. "Asing sementara akan masuk regional seperti Filipina dan negara lain hingga tensi politik di Indonesia turun. Asing akan masuk lagi tahun 2015," kata Fakhrul, pekan lalu. Secara historis, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, porsi kepemilikan asing di SBN menjelang pemilihan umum April 2009 silam, memang turun. Porsi dana asing per Desember 2008 mencapai 16,67%. Menjelang pemilihan umum, porsi dana asing turun menjadi 14,6%. Namun, kepemilikan asing di SBN kembali naik menjadi 15,75% pada bulan Juni 2009, menjelang pemilihan presiden, dan terus naik hingga akhir 2009. Puncak kepemilikan asing kuartalan terjadi pada kuartal kedua 2011 di angka 34,01% Pengamat obligasi Imam MS bilang, pemerintah harus mewaspadai banyaknya porsi asing di SBN. "Porsinya sudah sepertiga dari total SBN dan cukup signifikan sehingga apabila terjadi arus balik atau
capital outflow seperti tahun 2008, kondisinya akan mengkhawatirkan," tuturnya.
Head of Debt Capital Market Danareksa Sekuritas, Budi Susanto menilai, pasar obligasi baru perlu diwaspadai apabila asing sudah menggenggam lebih dari separuh dari total SBN yang diperdagangkan. Budi menilai, porsi asing saat ini masih rasional. Ia mencontohkan, porsi asing di obligasi Amerika Serikat mencapai 50% dan hanya keluar 30% ketika krisis finansial 2008 lalu. "Artinya, asing tidak akan keluar semua. Begitu juga dengan di Indonesia, apabila saat ini porsinya hanya 30%, kemungkinan hanya 15% saja yang keluar saat terjadi goncangan," tutur Budi.
Budi mengatakan, fundamental ekonomi yang kuat memicu masuknya asing ke pasar obligasi Indonesia. Selain itu,
yield obligasi Indonesia juga terbilang tinggi dibandingkan dengan obligasi negara lain. "Kemungkinan asing masuk karena memprediksi ada apresiasi nilai tukar rupiah sehingga mereka akan mendapatkan keuntungan nilai tukar," kata Budi. Ia memprediksi, nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 9.200 hingga Rp 9.300 tahun ini. Akibat berkurangnya investor asing,
return yang bisa diperoleh investor di pasar surat utang juga akan susut tahun ini. Fakhrul memperkirakan obligasi korporasi hanya akan memberikan
return sekitar 7%-8% tahun ini. Sedangkan obligasi pemerintah hanya akan memberikan
return 8% hingga 10%.
Return obligasi korporasi mencapai 11,31% tahun lalu, turun dari 14,5% di 2011.
Return obligasi pemerintah 2012 juga turun menjadi 12,4% dari tahun 2011 sebesar 21%.
Porsi Dana Asing di SBN (%) |
Tahun | Q1 | Q2 | Q3 | Q4 |
2008 | 16.2 | 18.09 | 19.47 | 16.67 |
2009 | 14.6 | 15.75 | 16.43 | 18.56 |
2010 | 22.33 | 26.09 | 28.25 | 30.53 |
2011 | 31.35 | 34.01 | 31.31 | 30.8 |
2012 | 29.54 | 28.36 | 29.65 | 32.98 |
sumber: DJPU, diolah |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati