KONTAN.ID-SUMBA. Bank Indonesia (BI) optimistis, dana asing akan masuk ke pasar keuangan emerging market, termasuk Indonesia, pasca era tingginya suku bunga global berakhir. Hal ini akan memperkuat nilai tukar rupiah. Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, pasar meyakini bahwa level Fed Fund Rate sebesar 5,25% saat ini, menjadi puncak tertinggi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (AS) tersebut. Ada peluang, The Fed memangkas suku bunganya dua kali pada tahun ini, yakni pada September 2024 dan pada kuartal IV-2024. Pasca penurunan tersebut, bank sentral negara-negara maju diperkirakan juga ikut memangkas suku bunga acuannya. Bank Sentral Eropa telah memulai pemangkasan bunga acuannya terlebih dahulu, yakni pada Juni 2024 lalu, sebanyak 25 basis poin (bps). Denny mengatakan, akan ada banyak sentimen risk on pada periode tersebut sehingga capital inflow akan mengalir deras ke pasar keuangan emerging market. Termasuk ke Indonesia. Baca Juga: Aliran Modal Asing Pekan Ketiga Juli Tembus Rp 690 Miliar "Dengan bacaan seperti ini, saya melihat potensi rupiah untuk menguat, sangat terbuka. Kami tidak bicara level, karena level itu sangat sulit," kata Denny, Senin (22/7). Apalagi, fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat. Ekonomi masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,11% year on year (yoy) pada kuartal I-2024. Juga, inflasi yang terjaga rendah di level 2,51% yoy pada Juni 2024. "Negara-negara yang tidak punya fundamental ekonomi sebagus Indonesia, belum tentu berpotensi mendapat inflow yang banyak. Karena Indonesia punya fundamental yang bagus, ini modal yang sangat bagus melihat masa depan yang lebih cerah," tambah Denny. Meski demikian, masih ada risiko yang bisa menghambat potensi tersebut. Salah satunya, kondisi politik di Negeri Paman Sam. Seperti diketahui, Amerika Serikat akan menggelar pemilihan presiden (Pilpres) pada awal November mendatang. Mantan Presiden AS Donald Trump terkena tembakan peluru di bagian telinga saat calon presiden dari Partai Republik tersebut berkampanye di Pennsylvania pada Sabtu (13/7). Kabar terbaru, Presiden Joe Biden pada Minggu (21/7) mengumumkan bahwa dirinya akan mundur dari pencalonan Presiden AS dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk menggantikannya sebagai calon Presiden AS dari Partai Demokrat. Baca Juga: BI Catat Uang Beredar Naik 7,8% Pada Juni 2024
Aliran Dana Asing Diprediksi Masih Tinggi, Ini Tantangan yang Membayangi
KONTAN.ID-SUMBA. Bank Indonesia (BI) optimistis, dana asing akan masuk ke pasar keuangan emerging market, termasuk Indonesia, pasca era tingginya suku bunga global berakhir. Hal ini akan memperkuat nilai tukar rupiah. Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, pasar meyakini bahwa level Fed Fund Rate sebesar 5,25% saat ini, menjadi puncak tertinggi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika (AS) tersebut. Ada peluang, The Fed memangkas suku bunganya dua kali pada tahun ini, yakni pada September 2024 dan pada kuartal IV-2024. Pasca penurunan tersebut, bank sentral negara-negara maju diperkirakan juga ikut memangkas suku bunga acuannya. Bank Sentral Eropa telah memulai pemangkasan bunga acuannya terlebih dahulu, yakni pada Juni 2024 lalu, sebanyak 25 basis poin (bps). Denny mengatakan, akan ada banyak sentimen risk on pada periode tersebut sehingga capital inflow akan mengalir deras ke pasar keuangan emerging market. Termasuk ke Indonesia. Baca Juga: Aliran Modal Asing Pekan Ketiga Juli Tembus Rp 690 Miliar "Dengan bacaan seperti ini, saya melihat potensi rupiah untuk menguat, sangat terbuka. Kami tidak bicara level, karena level itu sangat sulit," kata Denny, Senin (22/7). Apalagi, fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat. Ekonomi masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,11% year on year (yoy) pada kuartal I-2024. Juga, inflasi yang terjaga rendah di level 2,51% yoy pada Juni 2024. "Negara-negara yang tidak punya fundamental ekonomi sebagus Indonesia, belum tentu berpotensi mendapat inflow yang banyak. Karena Indonesia punya fundamental yang bagus, ini modal yang sangat bagus melihat masa depan yang lebih cerah," tambah Denny. Meski demikian, masih ada risiko yang bisa menghambat potensi tersebut. Salah satunya, kondisi politik di Negeri Paman Sam. Seperti diketahui, Amerika Serikat akan menggelar pemilihan presiden (Pilpres) pada awal November mendatang. Mantan Presiden AS Donald Trump terkena tembakan peluru di bagian telinga saat calon presiden dari Partai Republik tersebut berkampanye di Pennsylvania pada Sabtu (13/7). Kabar terbaru, Presiden Joe Biden pada Minggu (21/7) mengumumkan bahwa dirinya akan mundur dari pencalonan Presiden AS dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk menggantikannya sebagai calon Presiden AS dari Partai Demokrat. Baca Juga: BI Catat Uang Beredar Naik 7,8% Pada Juni 2024