Aliran Dana Asing Masih Deras, Begini Prospek Pasar Obligasi Hingga Akhir Tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing masih mengalir deras di pasar obligasi pada semester II 2024. Ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed hingga turunnya yield US Treasury (UST) menjadi pendorongnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), data transaksi 2 – 5 September 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp 2,65 triliun di pasar SBN. Sementara data setelmen sampai dengan 5 September 2024 pada semester II 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp 45,11 triliun di pasar SBN.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, masih ramainya dana asing di pasar SBN dalam negeri sejalan dengan tren penurunan yield UST. "Untuk kuartal III saja, yield UST turun 78bps dari sebelumnya di atas 4% dan saat ini di 3,6%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/9).


Baca Juga: Pasar Obligasi Indonesia Diproyeksikan Memberikan Imbal Hasil Positif di 2024-2025

Sementara untuk yield SUN acuan 10 tahun, Josua memperkirakan masih akan bertahan dikisaran 6,5%-6,6%. Target itu sudah price-in dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed yang akan diikuti penurunan suku bunga BI, kendati penurunan dari BI tidak sebesar the Fed. Ia mengasumsikan pemangkasan the Fed sebesar 75bps, sementara pemangkasan dari BI sebesar 50bps.

Proyeksi itu cenderung sama dengan posisi yield SUN 10 tahun saat ini. Josua menerangkan bahwa sentimennya seimbang antara potensi dan risiko. Menurutnya yield SUN 10 tahun berpotensi berada di bawah 6,5%. Hanya saja, jika saat FOMC di pekan depan indikator ekonomi AS kembali direvisi ke bawah.

"Dengan begitu, BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunganya lebih besar sehingga yield bisa lebih turun," sebutnya.

Baca Juga: Pasar Obligasi Hancur, Robert Kiyosaki Investasi di 3 Aset Fisik Ini

Namun jikalau besaran pemangkasan sesuai asumsinya, maka yield diperkirakan akan stabil di level saat ini. Hal itu disebabkan adanya risiko defisit yang melebar lantaran realisasi belanja pemerintah dilakukan pada akhir tahun.

Sedangkan sampai dengan Juli, Josua menilai defisit cenderung rendah sehingga belum menggambarkan kondisi defisit fiskal secara keseluruhan.

"Jadi sentimennya kombinasi, yang mana ada penurunan suku bunga tetapi ada peningkatan defisit, sehingga saya perkirakan yield masih akan stabil hingga akhir tahun ini," tutup Josua.

 

Selanjutnya: IHSG Tergelincir ke Zona Merah Usai Tembus 7.800, Cek Rekomendasi untuk Kamis (12/9)

Menarik Dibaca: Daftar HP iOS 18 yang Kebagian Fitur Terbaru dan Bisa Update dengan Mudah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih