KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren keluarnya aliran dana asing dari pasar surat utang negara (SUN) atau surat berharga negara (SBN) masih terus berlanjut. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), pada 9 Mei total kepemilikan investor asing pada SBN mencapai Rp 824,80 triliun. Sementara, jika dilihat dari sebelum libur lebaran 28 April, jumlah kepemilikan asing di SBN mencapai 827,85 triliun artinya sampai 9 Mei, tercatat
outflow sebesar Rp 3,05 triliun. Sementara jika dilihat sebulan terakhir yaitu 1 April, jumlah kepemilikan asing di SBN sebesar Rp 854,49 triliun. Artinya, sampai 9 Mei, tercatat
outflow sebesar Rp 29,69 triliun.
Baca Juga: Pemerintah Akan Sesuaikan Postur APBN 2022, Tak Lagi Difokuskan untuk Pandemi Bahkan, jika dihitung sejak akhir tahun 2021, aliran dana investor asing yang keluar dari pasar SBN sudah mencapai Rp 66,54 triliun. Porsi kepemilikan investor asing di SBN pun menyusut dari 19,05% pada akhir 2021, menjadi hanya 16,97% per 9 Mei 2022. Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri mengatakan, total kepemilikan asing pada SBN adalah sebesar Rp 824,80 triliun atau sebesar 16,97% dari total
outstanding SBN per 9 Mei 2022. Angka ini merupakan posisi terendah sejak Pandemi Covid-19. "Dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, kepemilikan asing pada SBN sudah berkurang sebanyak Rp 66,54 triliun dan kalau dibandingkan dengan posisi akhir bulan lalu kepemilikan asing pada SBN sudah berkurang sebanyak Rp. 3,05 triliun," ucap Fayadri kepada Kontan.co.id, Kamis (12/5).
Baca Juga: Kenaikan Level CDS Indonesia Diprediksi Masih Akan Terus Berlanjut Sementara, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan ini dipicu perang Rusia-Ukraina yang membuat inflasi naik tinggi di Amerika Serikat (AS) dan menaikkan
yield di AS, ini membuat investor asing mengalihkan dana baik
switching ke saham atau kembali ke AS. Fayadri mengatakan berlanjutnya arus dana keluar investor asing dari SBN ini tidak terlepas dari terus meningkatnya imbal hasil US Treasury sebagai dampak dari kebijakan kenaikan suku bunga oleh The Fed menyikapi tingginya tekanan inflasi. Pada awal bulan April sebenarnya sempat terjadi arus masuk investor asing pada SBN. Namun komentar-komentar bernada
hawkish dari pejabat The Fed terkait kebijakan suku bunga kembali mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury dan mengakibatkan investor asing kembali keluar dari pasar SBN.
Baca Juga: Penawaran pada Lelang SUN di Bawah Target Indikatif, Ini Penyebabnya Menurut Fayadri secara fundamental perekonomian Indonesia sebenarnya masih bagus, begitu juga dari sisi stabilitas politik dan keamanan domestik. Sehingga mestinya investor dapat menjadikan investasi pada SBN ini sebagai pilihan. "Apalagi
yield saat ini sudah terkoreksi cukup banyak dan menjadikan investasi pada SBN sebagai pilihan investasi yang dapat memberikan imbal hasil tinggi dengan tingkat risiko yang lebih rendah," tutur Fayadri. Wawan mengatakan harga SUN terkoreksi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga. Hal ini menyebabkan ekspektasi kenaikan
yield oleh investor. "Untuk asing sangat jarang membeli obligasi korporasi karena tidak likuid, lebih fokus ke obligasi negara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih
on track untuk
recover dan mencapai targetnya, sehingga dari sisi rating negara kita masih
investment grade," ujar Wawan
Baca Juga: Level CDS Indonesia Tinggi, Risiko Investasi Meningkat Fayadri menyampaikan dari pelaksanaan lelang SBN tahun ini terlihat investor memiliki minat yang tinggi untuk tenor pendek yaitu seri SPN dan SBN seri
benchmark tenor 5 dan 10 tahun. Dalam jangka pendek pasar obligasi masih akan terus dibayangi oleh tekanan inflasi dan rencana kenaikan suku bunga. Sehingga diprediksi investor masih akan memilih untuk
wait and see serta belum akan agresif untuk masuk ke pasar obligasi. Sedangkan Wawan menyampaikan investor asing sendiri biasanya tertarik masuk ke Indonesia kalau selisih
yield SUN dengan US Treasury lebih dari 5%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati