JAKARTA. PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) menandatangani kontrak pembelian gas sebanyak 60 mmscfd dengan ExxonMobil Oil Indonesia pada Rabu (14/1). Hari Kamis (15/1) gas tersebut sudah mulai dipasok untuk mengoperasikan pabrik PIM unit 2 selama dua bulan ke depan. "Kemarin sudah tanda tangan kontrak gas dengan Exxon di BP Migas, karena pemerintah menugaskan BP Migas untuk mencarinya. Pasokannya sebanyak 60 mmscfd masuk mulai hari ini," ujar Mashudianto, Kamis (15/1). Kontrak pembelian sebanyak 60 mmscfd tersebut menurutnya merupakan tahap awal pelaksanaan kontrak dari Januari sampai Juni. Selanjutnya, mulai Juli sampai Desember pasokan dari Exxon akan meningkat sampai 110 mmscfd. Kalau sudah total 110 mmscfd diterima, maka kedua unit pabrik PIM akan beroperasi seluruhnya dan mampu memproduksi 1.725 ton pupuk urea per hari atau 570.000 ton per tahun. Dimana semuanya akan diperuntukan bagi pasar domestik. Ditambahkan Kepala Humas PIM Suhatsyah, kontrak pembelian gas dengan Exxon di tahap awal ini dengan harga US$ 5,8 per mmbtu. Pasokan 60 mmscfd sampai Juni tersebut baru diperoleh 1 kargo senilai US$ 135 juta. "Januari sampai Juni sih jadwalnya 3 kargo, yang ditandatangani kontrak penjualannya baru untuk 1 kargo. Sisanya yang 2 kargo gas untuk komitmen tersebut dicari sumbernya. Bisa dari Lapangan Bontang, pasar spot, atau dari diversion Tangguh. Baru nanti pasokan Juni sampai Desember ada komitmen 6 kargo lagi," kata Suhatsyah. Djoko Harsono, Deputi Finansial, Ekonomi dan Pemasaran Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menambahkan pasokan gas tersebut berasal lapangan Arun di Aceh milik Exxon. Sementara, pasokan gas untuk Kogas yang selama ini dipasok Exxon akan ditutup dari swap kilang Bontang di Kalimantan yang dioperasikan PT Pertamina (Persero). "Kemudian untuk pasokan gas ke pembeli Jepang dari Bontang akan dicari dari pasar spot," ujar Djoko. Sebelumnya, awal Januari lalu BP Migas memastikan PIM akan mendapat pasokan gas untuk mengoperasikan satu unit pabriknya sampai Juni. Sementara satu pabrik lainnya baru mendapat pasokan Juli 2009. Kepala BP Migas Raden Priyono bilang gas dari kilang Bontang itu merupakan jatah pasokan gas untuk pembeli Korea. Namun karena saat ini terjadi kelangkaan pupuk, maka pemerintah mengambil kebijakan memprioritaskan pasokan gas untuk pabrik pupuk dalam negeri. Sementara untuk memenuhi jatah Korea dari kilang tersebut, Priyono bilang negara akan tetap memasoknya dengan menugaskan PT Pertamina (Persero) yang sudah ditunjuk sebagai penjual untuk mencarinya di pasar spot. "Pertamina yang mencari karena kan waktu jual beli, Pertamina mewakili kita. Mereka sedang mencarinya sekarang," kata Priyono. Ditambahkan Djoko, gas tersebut rencananya akan dibeli dari penjual yang memiliki gas murah dari kawasan Timur Tengah. Kepastian pasokan gas untuk PIM ini diperoleh sebelum tenggat waktu yang ditetapkan pemerintah yaitu sebelum 15 Januari 2009. Sebelumnya, sejak 27 Oktober 2008 lalu dua unit pabrik PIM tidak dapat beroperasi karena tidak mendapat pasokan gas. Tahun lalu, selama enam bulan pabrik pupuk berstatus BUMN ini memperoleh pasokan gas dari lapangan gas Bontang lewat mekanisme swap dari jatah gas PT Pupuk Kalimantan Timur. Namun, pasokan tersebut hanya cukup untuk mengoperasikan satu pabrik saja.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Aliran Gas Exxon Mulai Masuk ke PIM
JAKARTA. PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) menandatangani kontrak pembelian gas sebanyak 60 mmscfd dengan ExxonMobil Oil Indonesia pada Rabu (14/1). Hari Kamis (15/1) gas tersebut sudah mulai dipasok untuk mengoperasikan pabrik PIM unit 2 selama dua bulan ke depan. "Kemarin sudah tanda tangan kontrak gas dengan Exxon di BP Migas, karena pemerintah menugaskan BP Migas untuk mencarinya. Pasokannya sebanyak 60 mmscfd masuk mulai hari ini," ujar Mashudianto, Kamis (15/1). Kontrak pembelian sebanyak 60 mmscfd tersebut menurutnya merupakan tahap awal pelaksanaan kontrak dari Januari sampai Juni. Selanjutnya, mulai Juli sampai Desember pasokan dari Exxon akan meningkat sampai 110 mmscfd. Kalau sudah total 110 mmscfd diterima, maka kedua unit pabrik PIM akan beroperasi seluruhnya dan mampu memproduksi 1.725 ton pupuk urea per hari atau 570.000 ton per tahun. Dimana semuanya akan diperuntukan bagi pasar domestik. Ditambahkan Kepala Humas PIM Suhatsyah, kontrak pembelian gas dengan Exxon di tahap awal ini dengan harga US$ 5,8 per mmbtu. Pasokan 60 mmscfd sampai Juni tersebut baru diperoleh 1 kargo senilai US$ 135 juta. "Januari sampai Juni sih jadwalnya 3 kargo, yang ditandatangani kontrak penjualannya baru untuk 1 kargo. Sisanya yang 2 kargo gas untuk komitmen tersebut dicari sumbernya. Bisa dari Lapangan Bontang, pasar spot, atau dari diversion Tangguh. Baru nanti pasokan Juni sampai Desember ada komitmen 6 kargo lagi," kata Suhatsyah. Djoko Harsono, Deputi Finansial, Ekonomi dan Pemasaran Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menambahkan pasokan gas tersebut berasal lapangan Arun di Aceh milik Exxon. Sementara, pasokan gas untuk Kogas yang selama ini dipasok Exxon akan ditutup dari swap kilang Bontang di Kalimantan yang dioperasikan PT Pertamina (Persero). "Kemudian untuk pasokan gas ke pembeli Jepang dari Bontang akan dicari dari pasar spot," ujar Djoko. Sebelumnya, awal Januari lalu BP Migas memastikan PIM akan mendapat pasokan gas untuk mengoperasikan satu unit pabriknya sampai Juni. Sementara satu pabrik lainnya baru mendapat pasokan Juli 2009. Kepala BP Migas Raden Priyono bilang gas dari kilang Bontang itu merupakan jatah pasokan gas untuk pembeli Korea. Namun karena saat ini terjadi kelangkaan pupuk, maka pemerintah mengambil kebijakan memprioritaskan pasokan gas untuk pabrik pupuk dalam negeri. Sementara untuk memenuhi jatah Korea dari kilang tersebut, Priyono bilang negara akan tetap memasoknya dengan menugaskan PT Pertamina (Persero) yang sudah ditunjuk sebagai penjual untuk mencarinya di pasar spot. "Pertamina yang mencari karena kan waktu jual beli, Pertamina mewakili kita. Mereka sedang mencarinya sekarang," kata Priyono. Ditambahkan Djoko, gas tersebut rencananya akan dibeli dari penjual yang memiliki gas murah dari kawasan Timur Tengah. Kepastian pasokan gas untuk PIM ini diperoleh sebelum tenggat waktu yang ditetapkan pemerintah yaitu sebelum 15 Januari 2009. Sebelumnya, sejak 27 Oktober 2008 lalu dua unit pabrik PIM tidak dapat beroperasi karena tidak mendapat pasokan gas. Tahun lalu, selama enam bulan pabrik pupuk berstatus BUMN ini memperoleh pasokan gas dari lapangan gas Bontang lewat mekanisme swap dari jatah gas PT Pupuk Kalimantan Timur. Namun, pasokan tersebut hanya cukup untuk mengoperasikan satu pabrik saja.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News