Aliran kredit valas mulai kencang di awal tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan menggeber penyaluran kredit valas di awal tahun ini. Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total kredit valas hingga Februari 2019 naik 13,82% secara year on year (yoy) menjadi Rp 790,41 triliun. Pertumbuhan  kredt valas itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan secara industri yang  sebesar 12,13% yoy di periode sama.

Sejumlah bankir mengatakan penyaluran kredit valas sangat bergantung pada permintaan kredit di pasar. Direktur Korporasi PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Royke Tumilaar mengatakan kredit valas Bank Mandiri kebanyakan mengalir ke perusahaan yang berorientasi ekspor.

"Ada banyak batasan untuk kredit valas, tidak bisa jor-joran. Seperti aturan Bank Indonesia (BI) yang wajib hedging. Tapi intinya kami tetap menyediakan kredit valas," ujarnya di Jakarta, Jumat lalu (10/5).  Royke belum bisa menyebutkan target pertumbuhan kredit valas di tahun ini.


Sekadar informasi saja, per kuartal I 2019 total kredit valas Bank Mandiri mencapai Rp 116,92 triliun meningkat 16,15% secara tahunan. Tingkat kredit macet (NPL) kredit valas Bank Mandiri relatif kecil yakni sebesar 0,5%. Adapun, tiga sektor unggulan kredit valas Bank Mandiri yakni minyak dan gas, pertambangan dan batubara. Sebanyak 86,8% dari jumlah kredit tersebut mengalir ke segmen korporasi.

"Kami pasti menyediakan kredit valas, karena proyek Pertamina pasti menggunakan kredit valas," kata Royke.

Sementara itu, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) berharap di tahun 2019 kredit valas mampu tumbuh sama dengan tahun lalu yakni sekitar 8%-10%. Adapun sampai kuartal I 2019, Direktur Keuangan Bank Danamon Satinder Ahluwalia menyebutkan pertumbuhan kredit valas masih flat. Namun, pada kuartal II 2019 diperkirakan tumbuh walau masih belum deras.

"Semester II akan tumbuh seperti tahun lalu. Kami akan dorong, maunya double digit tapi harus prudent dan konservatif. Minimal seperti tahun lalu," terangnya.

Ahluwalia menambahkan, kebanyakan kredit valas yang mengalir ke segmen usaha kecil dan menengah (UKM) sebanyak 95% berasal dari sektor perdagangan. Sementara di segmen korporasi, sektornya lebih beragam seperti makanan dan minuman, dan supply chain konstruksi.

Sedangkan Citibank Indonesia menyebut, kredit valas bukan menjadi salah satu fokus mereka. Sebab, sekitar 79% kredit Citibank hingga kuartal pertama 2019 disalurkan dalam mata uang rupiah.

Seluruh kredit valas di Citibank Indonesia berada di segmen korporasi yang porsi kreditnya hanya 21% dari total kredit. "Di Citibank 100% korporasi, tidak ada di konsumer. Kenaikannya hanya 4%, jadi kebanyakan kredit naik di rupiah," kata Chief Executive Officer Citibank Indonesia Batara Sianturi. Tahun ini, Citibank pun tidak mematok pertumbuhan untuk kredit valas.

Sekadar tambahan informasi, berdasarkan kategori bank (BUKU) tercatat kredit valas naik paling tinggi terjadi di BUKU IV sebesar 17,66% yoy menjadi Rp 339,5 triliun per Februari 2019. Sementara kredit valas BUKU III meningkat 12,48% menjadi Rp 376,09 triliun. Adapun, kredit valas di BUKU II hanya naik 7,83% yoy menjadi Rp 68,68 triliun. Sedangkan BUKU I tidak menyalurkan kredit dalam bentuk valas hingga bulan Februari 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat