Aliran Modal Diramal Tetap Deras, Meski BI Tahan Suku Bunga Acuan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Juli 2023.  Langkah mempertahankan suku bunga acuan ini dilakukan, meski BI melihat tetap ada potensi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, langkah yang diambil BI tak akan banyak memengaruhi potensi aliran modal asing ke Indonesia. 

"Penanam modal tidak hanya melihat spread imbal hasil suku bunga, tetapi juga dengan melihat kondisi dalam negeri," terang David kepada Kontan.co.id, Selasa (25/7). 


David menjelaskan. Pada awal tahun 2023, riil spread imbal hasil suku bunga surat berharga negara (SBN) dengan surat utang AS (US Treasury) sekitar 400 bps.  Nah, dari hitungan David, margin riil suku bunga surat utang Indonesia dengan AS sudah menyempit ke 184 bps. 

Baca Juga: The Fed Belum Akan Berhenti Kerek Suku Bunga, Ini Langkah Antisipasi BI

Namun, bila melihat kondisi dalam negeri Indonesia, inflasi Indonesia sudah menurun dan kembali ke kisaran sasaran BI yang sebesar 2% YoY hingga 4% YoY, atau tepatnya di 3,5% YoY. 

Bahkan, mungkin menuju ke 2% YoY pada September 2023. Selain karena upaya penurunan inflasi, juga karena ada faktor basis tinggi (high base effect). 

Dengan melihat kondisi tersebut, David yakin asing masih akan memasukkan dana ke pasar keuangan Indonesia. 

Plus sebenarnya bila melihat data BI, berdasarkan data setelmen hingga 20 Juli 2023, nonresiden tercatat beli neto Rp 89,56 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 16,77 triliun di pasar saham. 

Ini pun menjadi kabar baik bagi perkembangan nilai tukar rupiah. 

Baca Juga: BI Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II-2023

Bahkan, David melihat peluang penguatan tipis nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Dari perkiraannya, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.900 hingga Rp 15.200 per dolar AS. 

"Rupiah akan menguat tipis dalam jangka pendek karena ekspektasi inflasi akan menurun, sehingga ada harapan pemain di pasar modal akan masuk ke pasar portofolio," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi