KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Allianz Utama Indonesia atau Allianz Indonesia menyampaikan pandangannya terkait tantangan serta peluang yang akan dihadapi oleh industri asuransi pada tahun 2025. Country Chief Product Officer Allianz Life Indonesia Himawan Purnama mengatakan bahwa kondisi makroekonomi masih menjadi sentimen utama yang akan menentukan kinerja asuransi, khususnya dalam hal pengelolaan dana dan investasi.
Baca Juga: Hasil Investasi Allianz Life Indonesia Capai Rp 1 Triliun hingga Oktober 2024 "Karena kalau di asuransi, pengelolaan dana dan investasi pasti sangat berdampak dari kondisi makro ekonomi. Lalu kami juga berharap bahwa kondisi ekonomi itu akan terus membaik,” ujar Himawan usai acara Economy Outlook 2025: How Insurance & Media Industry Navigate in The Uncertainty, Rabu (11/12). Himawan menyoroti, saat ini literasi keuangan masyarakat telah terjadi peningkatan, namun dari sisi penetrasi asuransi, memang masih terbilang rendah. Sebab, masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa asuransi bukan kebutuhan primer, melainkan kebutuhan sekunder ataupun tersier. Dengan demikian, Allianz menilai dua hal tersebut merupakan peluang yang bisa perusahaan manfaatkan untuk tahun depan. "Jadi, komunikasi dan sosialisasi ini yang perlu kita perhatikan. Jadi itu mungkin tantangan dan peluangnya. Apalagi jika kondisi ekonomi lebih baik pastinya akan jadi peluang yang baik juga buat kita," lanjutnya.
Baca Juga: Allianz Life Perkuat Kanal Digital untuk Tingkatkan Penetrasi Industri Asuransi Allianz Life juga menilai bahwa asuransi kesehatan masih menjadi lini bisnis yang penting untuk dipantau, meski pengelolaannya tergolong kompleks. Baik dari sisi inflasi medisnya, klaimnya, kemudian munculnya penyakit-penyakit baru, hingga proses negosiasi dengan pihak rumah sakit. Adapun, perusahaan terus melakukan pengakajian terkait peluang, tantangan, serta kondisi market yang sedang terjadi di luar negeri bersama asosiasi juga regulator. Melansir laporan keuangan Allianz Life per Oktober 2024, jumlah pendapatan premi tercatat meningkat Rp 13,30 triliun. Nilai ini meningkat sebanyak 10,51% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 12,03 triliun.
Dilihat jika dari tingkat kesehatan finansial perusahaan yakni Risk Based Capital (RBC) tercatat mencapai sebanyak 276,96%, meningkat dari 247,37% per Oktober 2023. Angka tersebut juga berada jauh di atas ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto