KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life) optimistis kinerja unitlink pendapatan tetap masih tumbuh pada 2024. Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia Ni Made Daryanti mengatakan proyeksi kinerja positif itu dipicu sejumlah faktor, yakni kondisi ekonomi global yang masih berpeluang lebih baik, terutama dengan penurunan inflasi dan mulai termoderasinya arah tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) yang sesuai dengan arah target The Fed. Dia bilang dengan data AS yang lebih kondusif diperkirakan tidak adanya lagi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed.
Baca Juga: Inilah Top 10 Unitlink Pendapatan Tetap dengan Return Terbesar hingga November 2023 "Selain itu, dipicu juga kondisi ekonomi Indonesia yang relatif resilien dengan kondisi terjaganya defisit anggaran di bawah 3%, ketersediaan obligasi, terjaganya kestabilan nilai Rupiah, memungkinkan pelaku pasar asing akan melanjutkan masuk ke pasar obligasi Indonesia dan dapat mendorong kinerja instrumen obligasi," ucap Made kepada Kontan.co.id, Jumat (15/12). Meskipun demikian, Made melihat masih adanya tantangan ekonomi seperti tekanan geopolitik, perlambatan ekonomi China, dan tetap tingginya suku bunga AS, sehingga akan memengaruhi kinerja unitlink pada tahun depan. Made menerangkan saat ini Allianz Life memiliki 7 fund pendapatan tetap. Jika dilihat dari pertumbuhan dana kelolaan sejak Desember 2022 hingga November 2023 pada unitlink pendapatan tetap mengalami pertumbuhan positif, yaitu Allisya Rupiah Fixed Income Fund mengalami pertumbuhan 26,39%, Smartlink Rupiah Fixed Income Fund 11,53%, Smartlink Dollar Managed Fund 1,46%, Smartlink Rupiah Fixed Income Class B Fund 1.174,5%, Smartlink Dollar Managed Class B Fund 550,88%, Smartwealth Dollar US Bond Fund 8,11%, dan Allianz Syariah Rupiah Fixed Income Class B Fund pertumbuhan dana kelolaan sejak peluncuran pada Februari 2023 hingga November 2023 sebesar 2.159%. "Terlihat nasabah memiliki preferensi ke unitlink pendapatan tetap dan kami melihat tren itu masih memiliki potensi untuk berlanjut di 2024," ungkapnya. Mengenai unitlink Smartwealth Dollar US Bond, Made menerangkan produk itu masih memiliki peluang untuk tumbuh. Hal itu dipicu laju pengetatan kebijakan moneter telah melambat serta inflasi umum akan terus berada dalam tren yang lebih rendah dan tetap stabil. Menurut Made, kebijakan moneter restriktif yang berkepanjangan dan pengetatan kuantitatif merupakan risiko utama terhadap pertumbuhan. Hal itu menyebabkan imbal hasil obligasi AS masih menarik karena obligasi diperdagangkan dengan harga diskon terhadap nilai nominalnya. "Dengan demikian, obligasi dan imbal hasil tinggi menawarkan return yang menarik dan spread yang dapat mengompensasi risiko," ungkapnya. Jika bunga turun, biasanya harga obligasi akan naik. Artinya, kinerja unitlink pendapatan tetap bisa naik. Untuk memanfaatkan momentum itu, Made mengatakan pihaknya selalu memantau kondisi pasar dan melakukan perubahan jika dibutuhkan.
Baca Juga: Allianz Life Gandeng Bank BJB, Tawarkan Beragam Pilihan Asuransi Made pun membeberkan strategi portfolio untilink pendapatan tetap saat ini, yaitu Allianz Life berupaya mempertahankan porsi obligasi yang tinggi dengan durasi sedikit di atas tolok ukur. Dia bilang pihaknya akan terus berusaha memanfaatkan peluang yang ada untuk memperpanjang durasi ke depannya. Sementara itu, Made menyebut subdana Allianz penempatan alokasi lebih besar pada obligasi negara. Contohnya, pada Smartlink Rupiah Fixed Income berdasarkan data FFS November 2023, kepemilikan obligasi pemerintah sebesar 93,75% dan kepemilikan obligasi korporasi sekitar 2%. "Dalam pemilihan obligasi korporasi, kami sangat selektif dan hati-hati, likuiditas dan kualitas (investment grade) merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan kami," ujar Made. (*) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .