Alokasi Subsidi Energi Rp 339 Triliun dalam APBN Dinilai Mampu Tahan Gejolak di 2023



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan alokasi subsidi energi dan kompensasi dalam APBN sebesar Rp 339,6 triliun masih cukup memadai untuk menahan gejolak yang ada atau volatilitas dari nilai tukar Indonesian Crude Price (ICP), kurs Rupiah, dan volume.

Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) Wahyu Utomo mengatakan subsidi energi Indonesia akan dipengaruhi ICP, kurs Rupiah, dan volume.

Dia menyoroti tren kurs Rupiah akan mengalami tekanan. Diperkirakan akan lebih tinggi dari yang semula tercatat di APBN 2023 sebesar Rp 14,800 per dolar AS.


Baca Juga: Kementerian ESDM: Tanpa Revisi Aturan BBM Subsidi, Kuota Berpotensi Jebol

Wahyu juga menyebut ICP yang asumsinya 90 tampak akan menurun trennya didorong perekonomian global yang melambat sehingga akan berdampak terhadap aktivitas ekonomi Indonesia yang bisa ikut melambat.

"Kalau demand global melambat, ada potensi kebutuhan ICP juga berkurang. Nah, kalau seperti itu indikasinya ICP akan bergerak menurun, tetapi tergantung volatilitasnya juga," ucap dia dalam acara Diskusi Publik: Urgensi Reformasi Subsidi Energi, Selasa (14/2).

Sementara itu, Wahyu menyebut pemerintah telah menetapkan dalam APBN 2023 volume solar 17 juta kiloliter, sedangkan Pertalite itu 29,07 kiloliter. Dia menerangkan jika melihat angka tersebut, memang terlalu dini mengatakan bahwa subsidi akan meningkat.

"Sebab, asumsi itu sekarang masih bergerak dan harus dilihat rata-rata dalam satu tahun. Jadi, kalau saat ini tren kurs Rupiah akan meningkat, ICP turun, volume juga bergerak tentu membuat pertumbuhannya akan melambat," ungkapnya.

Baca Juga: BKF Sebut Ada 3 Strategi untuk Mengantisipasi Risiko Ketidakpastian pada 2023

Wahyu meyakini pergerakannya tidak akan melambat seperti tahun lalu setelah ada penyesuaian harga. Oleh karena itu, dia menyimpulkan pada 2023 potensinya masih akan berada di kisaran volume 17 kiloliter sampai 29 kiloliter untuk Pertalite. 

"Jadi, mungkin di kisaran itu masih cukup memadai untuk menahan gejolak dari nilai tukar Rupiah, ICP, dan volume," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli