KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (
UNTR) mengalokasikan belanja modal alias
capital expenditure (capex) senilai US$ 750 juta hingga US$ 800 juta untuk tahun ini. Alokasi belanja modal ini melonjak dari realisasi belanja modal tahun lalu yang hanya US$ 190 juta. Direktur United Tractors Iwan Hadiantoro mengatakan, kenaikan capex ini untuk menunjang bisnis UNTR, dimana sebagian besar alokasi capex digunakan untuk mendukung belanja modal di bisnis jasa pertambangan atau
mining service dan pertambangan. Sebanyak US$ 570 juta akan dialokasikan untuk bisnis ini. Sementara itu, sekitar US$ 170 juta akan digunakan untuk bisnis tambang emas dan infrastruktur pabrik serta sistem manajemen. Sisanya akan dibagi untuk segmen lainnya seperti mesin konstruksi. Tahun ini, UNTR memandang cerah prospek bisnisnya.
Direktur United Tractors Iman Nurwahyu menambahkan, dinamika pasar alat berat perlahan mulai naik. Hal ini tercermin dari realisasi penjualan tahun 2021 yang lebih baik dari 2020.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Bagikan Dividen Tunai Rp 1.240 Per Saham dari Laba Tahun 2021 “
Trigger (pemicunya) dari dua sektor yakni tambang batubara dan nikel,” terang Iman dalam konferensi pers usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar virtual, Jumat (8/4). Sebagai gambaran, anak usaha PT Astra International Tbk (
ASII) ini menjual 3.088 unit alat berat di sepanjang 2021. Jumlah tersebut melonjak 97,44% dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2020, yang hanya 1.564 unit. Untuk tahun ini, UNTR mencanangkan mampu menjual 3.700 unit Komatsu. Optimisme ini tercermin dari penjualan alat berat periode Januari dan Februari 2022 yang menunjukkan kenaikan. Sepanjang dua bulan pertama 2022, UNTR mencatatkan penjualan alat berat Komatsu sebanyak 1.058 unit. Jumlah ini melejit 154% dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar 416 unit.
Ke depan, Presiden Direktur United Tractors Franciscus Xaverius Laksana Kesuma mengatakan, pihaknya juga melirik peluang untuk masuk ke segmen pertambangan mineral. Aspek yang dipertimbangkan adalah faktor ukuran (size) dan status dari lahan tambang. Selain itu, undang-undang (UU) minerba juga mensyaratkan bisnis pertambangan mineral harus sudah sampai tahap pemrosesan. “Kami tetap akan mencari apakah dengan melakukan akuisisi dari
greenfield atau akuisisi tambang yang sudah beroperasi,” terang Frans dalam kesempatan yang sama. Sebelumnya, UNTR telah masuk ke bisnis mineral logam dengan mengakuisisi tambang emas Martabe pada 2018. Tahun lalu UNTR membukukan laba bersih senilai Rp 10,28 triliun sepanjang 2021. Realisasi ini naik 71,2% dari laba bersih yang dibukukan pada tahun 2020 sebesar Rp 6 triliun. Dari sisi topline, UNTR membukukan pendapatan senilai Rp 79,46 triliun di tahun 2021, naik 31,67% dari tahun 2020 yang sebesar Rp 60,34 triliun.
Baca Juga: Penjualan Batubara United Tractors (UNTR) Naik 257,46% di Februari Manajemen UNTR memperkirakan kondisi yang positif ini akan berlanjut pada 2022. “United Tractors akan terus membukukan kinerja yang baik untuk tahun ini,” kata Frans. Analis NH Korindo Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania memberikan rekomendasi beli saham UNTR dengan target harga Rp 31.200. Pendapatan dan laba bersih UNTR untuk tahun 2022 diperkirakan masing-masing sebesar Rp 86,22 triliun dan Rp 11,56 triliun. Cindy bilang, sentimen kenaikan harga batubara tentunya memberikan dampak positif bagi UNTR. Ke depan, harga komoditas energi ini diprediksi masih akan menguat karena permintaan yang cukup tinggi di tengah terganggunya pasokan akibat tensi geopolitik Rusia – Ukraina. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari