Warga sekitar Jakarta Timur memang tak sulit mencari buahan segar. Maklum, di sana ada Pasar Induk Kramat Jati yang menyediakan bermacam buah lokal maupun impor. Tapi, pedagang di sana, rata-rata menjual buah dengan sistem grosir.Nah, jika hanya ingin membeli buah secara eceran, Anda bisa beralih ke perempatan Pasar Rebo, tidak jauh dari kawasan pasar induk. Di sana terdapat sentra penjualan buah yang biasa disebut Sentra Buah Pasar Rebo. Tak sulit menemukan lokasi sentra tersebut. Jika Anda berkendara dari arah Pasar Induk Kramat Jati, ambil arah lurus menuju Cijantung. Nah, saat bertemu jembatan layang Pasar Rebo, jangan naik ke jalan layang tersebut, tetapi arahkan kendaraan jalur palin kiri. Nah di sepanjang jalan itu hingga perempatan, Anda akan menjumpai sekitar 25 kios buah berderet menempati sebagian trotoar.Rata-rata kios tersebut berukuran 1,5 x 2 meter (m). Setiap kios terbuat dari semacam atap auning, sementara tiangnya terbuat dari besi. “Dulu sebelum 2005, kios-kios masih berupa kayu. Kemudian, direnovasi pemerintah jadi seperti sekarang,” tutur Ibu Purwanto, pemilik kios Putra Yoga. Asal tahu saja, kios-kios pedagang buah ini sudah berdiri sejak tahun 1980-an. Ibu Purwanto sendiri baru berjualan di sentra ini sejak 2003. Menurutnya, berjualan di sentra ini terbilang nyaman dan ramai pembeli. Mereka hanya dipungut Rp 20.000 sehari untuk biaya listrik, kebersihan dan keamanan.Para pedagang menjual beragam buah, baik lokal maupun impor. Buah lokal yang kerap dipajang adalah jeruk medan, markisa, dan strawberry. Sementara, buah impor, seperti anggur, apel dan pir hijau. Kapan saja, pembeli bisa mampir ke sentra ini. Maklum, pada pemilik kios membuka kios nonstop 24 jam dalam sehari. "Kami buka setiap hari, Senin sampai Minggu," ujar Junaedi, pemilik kios lainnya.Wajar operasional kios nonstop. Sentra ini berada di kawasan ramai lalu lintas, bahkan menjadi semacam terminal bayangan bagi bus luar kota. Lantaran buka 24 jam, rata-rata para pedagang menggunakan sistem shift untuk menjaga kios. “Per shift sekitar 12 jam, gantian jaga dengan anggota keluarga saya yang lain," kata Junaedi. Lalu lintas yang ramai jelas berdampak bagus bagi para pedagang. Junaedi bilang, dagangan mereka tak hanya dilirik pejalan kaki atau warga sekitar, tapi juga calon penumpang yang sedang menunggu bus tujuan luar kota.Makanya, meski persaingan semakin ketat, para pedagang masih mampu meraup omzet cukup menggiurkan. Saban bulan, Ibu Purwanto mengaku bisa mengantongi omzet Rp 30 juta. Sementara, Junaedi rata-rata mengumpulkan Rp 15 juta sebulan.Namun, pengunjung bermobil tidak bisa berlama-lama berhenti. Sentra Buah Pasar Rebo ini tidak menyiapkan lokasi parkir khusus. Maklum, sentra ini tepat di pinggir jalan, dan berada di jalur lalu lintas yang sangat ramai.Jika mau mampir, pengendara bisa memarkir mobilnya di pinggir jalan. Biasanya ada petugas yang mengatur arus lalu lintas di sana. Soalnya, perempatan ini memang sangat rawan macet. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Alternatif berburu buah di Pasar Rebo (1)
Warga sekitar Jakarta Timur memang tak sulit mencari buahan segar. Maklum, di sana ada Pasar Induk Kramat Jati yang menyediakan bermacam buah lokal maupun impor. Tapi, pedagang di sana, rata-rata menjual buah dengan sistem grosir.Nah, jika hanya ingin membeli buah secara eceran, Anda bisa beralih ke perempatan Pasar Rebo, tidak jauh dari kawasan pasar induk. Di sana terdapat sentra penjualan buah yang biasa disebut Sentra Buah Pasar Rebo. Tak sulit menemukan lokasi sentra tersebut. Jika Anda berkendara dari arah Pasar Induk Kramat Jati, ambil arah lurus menuju Cijantung. Nah, saat bertemu jembatan layang Pasar Rebo, jangan naik ke jalan layang tersebut, tetapi arahkan kendaraan jalur palin kiri. Nah di sepanjang jalan itu hingga perempatan, Anda akan menjumpai sekitar 25 kios buah berderet menempati sebagian trotoar.Rata-rata kios tersebut berukuran 1,5 x 2 meter (m). Setiap kios terbuat dari semacam atap auning, sementara tiangnya terbuat dari besi. “Dulu sebelum 2005, kios-kios masih berupa kayu. Kemudian, direnovasi pemerintah jadi seperti sekarang,” tutur Ibu Purwanto, pemilik kios Putra Yoga. Asal tahu saja, kios-kios pedagang buah ini sudah berdiri sejak tahun 1980-an. Ibu Purwanto sendiri baru berjualan di sentra ini sejak 2003. Menurutnya, berjualan di sentra ini terbilang nyaman dan ramai pembeli. Mereka hanya dipungut Rp 20.000 sehari untuk biaya listrik, kebersihan dan keamanan.Para pedagang menjual beragam buah, baik lokal maupun impor. Buah lokal yang kerap dipajang adalah jeruk medan, markisa, dan strawberry. Sementara, buah impor, seperti anggur, apel dan pir hijau. Kapan saja, pembeli bisa mampir ke sentra ini. Maklum, pada pemilik kios membuka kios nonstop 24 jam dalam sehari. "Kami buka setiap hari, Senin sampai Minggu," ujar Junaedi, pemilik kios lainnya.Wajar operasional kios nonstop. Sentra ini berada di kawasan ramai lalu lintas, bahkan menjadi semacam terminal bayangan bagi bus luar kota. Lantaran buka 24 jam, rata-rata para pedagang menggunakan sistem shift untuk menjaga kios. “Per shift sekitar 12 jam, gantian jaga dengan anggota keluarga saya yang lain," kata Junaedi. Lalu lintas yang ramai jelas berdampak bagus bagi para pedagang. Junaedi bilang, dagangan mereka tak hanya dilirik pejalan kaki atau warga sekitar, tapi juga calon penumpang yang sedang menunggu bus tujuan luar kota.Makanya, meski persaingan semakin ketat, para pedagang masih mampu meraup omzet cukup menggiurkan. Saban bulan, Ibu Purwanto mengaku bisa mengantongi omzet Rp 30 juta. Sementara, Junaedi rata-rata mengumpulkan Rp 15 juta sebulan.Namun, pengunjung bermobil tidak bisa berlama-lama berhenti. Sentra Buah Pasar Rebo ini tidak menyiapkan lokasi parkir khusus. Maklum, sentra ini tepat di pinggir jalan, dan berada di jalur lalu lintas yang sangat ramai.Jika mau mampir, pengendara bisa memarkir mobilnya di pinggir jalan. Biasanya ada petugas yang mengatur arus lalu lintas di sana. Soalnya, perempatan ini memang sangat rawan macet. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News