Aluminium masih bertahan tren bullish



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membaiknya perekonomian di China mendorong harga aluminium terus melaju. Diperkirakan harga logam industri ini masih bertahan dalam tren bullish hingga akhir tahun nani.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (3/11), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) naik 0,55% ke level US$ 2.185 per metrik ton. Sedangkan, sepekan, harganya telah menguat sekitar 0,78%.

Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoints Futures mengatakan penopang penguatan datang dari proyeksi neraca perdagangan China yang diperkirakan tumbuh dari US$ 193 miliar menjadi US$ 275 miliar. Menurutnya hal ini pasti akan mendorong kenaikan permintaan logam industri.


“Yang diperhatikan pelaku pasar pencapaian ekspornya. Kalau meningkat bisa menjadi sinyal positif untuk harga komoditas industri,” terangnya, Senin (6/11).

Ditambah lagi sejak awal tahun ini, aluminium sudah mendapatkan sokongan dari langkah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menyelidiki dugaan dumping yang dilakukan oleh China. Menanggapi tindakan tersebut, pemerintahan China juga langsung melakukan program reformasi tambang. Sejumlah tambang ilegal akhirnya ditutup.

Sejauh ini pemerintahan Negeri Tirai Bambu itu sudah memangkas produksi hingga 4 juta ton, lantaran tidak memenuhi standar lingkungan dan energi. Persediaan aluminium di beberapa kota seperti Shanghai, Wuxi, Nanhai, Hanzhou dan Gongyi turun. Padahal selama ini mereka menyumbang 90% aluminium China.

Terkait kabar diberlakukannya kenaikan bea impor mencapai 162% atas impor foil dari China, Andri melihat hal tersebut belum berpengaruh signifikan. Menurutnya efek pemberlakukan aturan tersebut baru akan terasa di tahun 2018. Aluminium masih disokong oleh prospek pertumbuhan kendaraan listrik.

“Kalau permintaan dari mobil listrik masih bagus ini bisa menahan pelemahan,” proyeksinya.

Dalam hitung-hitungan Andri, di penhujung tahun ini, harga aluminium masih mampu bertengger di rentang US$ 2.200-US$ 2.300 per metrik ton. Yang patut diwaspadai hanya rencana Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuan. Kondisi dollar AS yang cukup postif berpotensi menekan harga komoditas.

Secara teknikal, saat ini harga aluminium telah bergulir diatas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan penguatan. Indikator moving average convergence (MACD) juga masih memberi sinyal penguatan dengan berada di area positif level 0,020. Kemudian indikator relative strength index (RSI) di level 56,6 dan indikator stochastic di lebel 46,5.

Dengan demikian Andri memperkirakan, Selasa (7/11), harga aluminium akan berada di rentang US$ 2.190-US$ 2.160 per metrik ton. Sedangkan sepekan bisa berada di level US$ 2.200-US$ 2.140 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini