Aluminium masih di bawah tekanan kuartal ketiga



JAKARTA. Aluminium masih akan bergerak di bawah tekanan sepanjang kuartal ketiga tahun ini. Pasalnya, stimulus ekonomi di berbagai negara belum terlihat efeknya.

Mengutip Bloomberg, Jumat (5/8) pukul 17.19 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) menguat 1,3% ke level US$ 1.644 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya dan cenderung bergerak flat dalam sepekan terakhir.

Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures memaparkan, sebagai komoditas industri, aluminium tidak bisa mengesampingkan sentimen dari China. Apalagi, China merupakan produsen sekaligus konsumen aluminium terbesar di dunia.


Pada Kamis (4/8), aluminium sempat tertekan lantaran smelter China yang menguasai lebih dari setengah pasokan aluminium global telah meningkatkan angka produksi. Hal tersebut dilakukan dengan mengoperasikan kembali kapasitas produksi yang sebelumnya tidak berjalan.

"Data aktivitas industri dan manufaktur China juga sangat berpengaruh pada aluminium," lanjut Andri. Kenaikan aktivitas industri dan manufaktur China menunjukkan kuatnya permintaan aluminium.

Pelaku pasar telah berekspektasi bahwa program stimulus ekonomi dari beberapa negara termasuk Jepang, Australia, dan China akan membawa perbaikan ekonomi. Tetapi, dampak program tersebut belum dapat dilihat secara instan.

Andri pun menduga aluminium masih akan berada di bawah tekanan baik dalam sepekan ke depan maupun di sepanjang kuartal ketiga tahun ini. Oleh karena itu, harga bisa kembali ke level US$ 1.500 per metrik ton. Namun rebound harga minyak berpeluang menahan kejatuhan aluminium.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto