Aluminium mencoba bangkit dari level terendah



JAKARTA. Harga aluminium menanjak selama tiga hari berturut-turut. Tapi hati-hati, harga komoditas metal ini masih rawan terpeleset.

Mengutip Bloomberg pada Kamis (26/11), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terangkat 2% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 1.488,5 per metrik ton. Sepekan, harga aluminium naik 1,53%.

Andri Hardioanto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menjelaskan, penguatan harga aluminium terutama disebabkan oleh faktor teknikal, karena sempat menyentuh harga US$ 1.435,5 per metrik ton di awal pekan. Ini level terendah setidaknya selama enam tahun terakhir.


"Selain itu dipicu juga oleh kenaikan harga komoditas lain, seperti emas, nikel dan tembaga," jelasnya.

Katalis positif juga berasal dari proposal perusahaan tambang aluminium, The China Nonferrous Metals Industry Association kepada Pemerintah China untuk membeli kelebihan produksi.

Selain aluminium, nikel juga ditawarkan untuk dibeli. Dari Amerika Serikat (AS), perusahaan aluminium Alcoa bakal memperoleh suntikan dana dari pemerintah New York agar pabrik pengolahannya tetap beroperasi.

Namun, Andri melihat prospek aluminium masih suram sampai akhir tahun 2015 nanti, yakni hingga ke US$ 1.300. Ini didukung potensi kenaikan bunga Bank Sentral AS alias The Fed.

Secara teknikal, harga aluminium di bawah moving average (MA) 50,100 dan 200 yang mengindikasikan bearish. Begitu pula dengan moving average convergence divergence (MACD) negatif. RSI wait and see.

Sedangkan stochastic overbought. Andri memprediksi, harga aluminium hari ini bakal koreksi di US$ 1.400-US$ 1.490 per metrik ton. Sepekan, harga bergerak di level US$ 1.380-US$ 1.466 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie