Aluminium terangkat pernyataan Presiden Jinping



JAKARTA. Pernyataan Presiden China Xi Jinping membawa sentimen positif bagi harga aluminium. Namun, aluminium masih rawan tekanan di tengah perlambatan ekonomi global.

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/1) pukul 13.06 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,3% ke level US$ 1.521 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir aluminium telah menguat 2,6%.

Penguatan aluminium didorong oleh pernyataan Presiden Jinping yang berjanji untuk meningkatkan permintaan aluminium di tengah lesunya ekonomi Asia. Xi mengatakan bahwa China harus mengurangi kapasitas produksi sembari memperluas agregat permintaan untuk logam industri termasuk aluminium.


Namun, aluminium kembali tertekan setelah menguat sejak awal pekan ini. Pernyataan Barclays Plc yang memperkirakan permintaan logam China akan tumbuh paling lambat sejak 1998 membuat harga logam kembali terjungkal.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pergerakan harga aluminium sebenarnya telah ditopang oleh sentimen positif dari pernyataan The Fed. Dalam pengumuman Kamis dini hari (28/1) The Fed tetap mempertahankan suku bunga di level 0,5% dan tidak membahas kembali kenaikan pada bulan Maret mendatang. Hal tersebut membuat indeks dollar melemah.

Tetapi, jika melihat kondisi saat ini, aluminium memang dalam fase konsolidasi hingga semester pertama tahun 2016. Ibrahim tidak melihat adanya potensi peningkatan permintaan tahun ini. Berdasarkan prediksi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi China tahun ini hanya sebesar 6,7% atau lebih lambat dari tahun 2015. “Sektor manufaktur dan infrastruktur masih mengalami perlambatan,” ujarnya.

Di sisi lain, produsen aluminium Alcoa Inc melihat adanya potensi defisit pasokan aluminium. Alcoa memprediksi permintaan global untuk aluminium akan melebihi produksi tahun ini dan mencatat rekor sebesar 1,2 juta metrik ton.

Menurut analisa Alcoa, pelemahan harga telah memaksa para produsen memangkas produksi utama. Hal tersebut membawa pada defisit yang setara dengan 2% permintaan. Berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan Bloomberg, konsumsi aluminium global mencapai 53.3 juta ton pada tahun 2014.

Perkiraan Alcoa tersebut dengan mengasumsikan bahwa pengumuman China untuk memangkas produksi sebesar 3,9 juta ton pada semester kedua tahun lalu akan sepenuhnya diterapkan mulai April 2016.

Meski tanpa adanya kenaikan permintaan, Ibrahim melihat potensi penguatan harga aluminium tetap ada menjelang akhir tahun ini. Di tengah perlambatan ekonomi, pemerintah China tidak lantas tinggal diam. Bank Sentral China (PBOC) terus mengupayakan stimulus untuk mengangkat ekonomi negeri panda. Hal tersebut diharapkan menunjukkan hasil di semester II-2016.

Dalam jangka panjang, kebutuhan aluminium sebenarnya masih cukup tinggi terutama digunakan pada sektor infrastruktur seperti pembangunan gedung dan jembatan. Aluminium juga digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan pesawat terbang. Jika ekonomi pulih, maka kebutuhan alumunium untuk pembangunan akan semakin besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto