Aluminium tertekan permintaan dari China



JAKARTA. Harga aluminium tertekan. Proyeksi permintaan global yang menurun akibat perlambatan ekonomi dunia menjadi satu penyebab utama. Terlebih, Alcoa Inc., produsen aluminium terbesar di Amerika Serikat (AS), baru saja memangkas proyeksi konsumsi permintaan aluminium dunia dari 7% menjadi 6% di tahun ini.

Chairman and Chief Executive Officer (CEO) Alcoa Inc., Klau Klain, mengatakan, perlambatan permintaan di sejumlah wilayah di dunia telah terjadi. "China menjadi pemimpin perlambatan permintaan aluminium saat ini," ujar dia seperti dikutip Bloomberg. Namun di kuartal keempat, permintaan aluminium dari China sedikit naik karena dorongan stimulus otoritas moneter.

Harga aluminium untuk kontrak pengiriman tiga bulan mendatang di London Metal Exchange (LME), Selasa (9/10), melemah 1,36% menjadi US$ 2.054 per ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga aluminium telah terpangkas sebesar 2,58%.


Ibrahim, Analis Senior Harvest International Futures, mengatakan, harga aluminium berpotensi terkoreksi hingga melewati level terendah tahun ini di level US$ 1.836 per ton. Ini lantaran tren penurunan harga komoditas masih akan terus berlanjut. "Imbas revisi pertumbuhan ekonomi dunia oleh

International Monetery Fund (IMF) membuat sentimen pasar cenderung negatif," kata Ibrahim.Para pelaku pasar masih bersikap wait and see hingga pertemuan IMF, World Bank dan European Central Bank (ECB), selama 16-18 Oktober 2012. Dalam pertemuan itu, ketiga lembaga keuangan tersebut akan membahas masalah Yunani. "Jika hasil pertemuan tersebut mampu menghasilkan solusi penyelesaian krisis utang Yunani, harga komoditas berpotensi kembali menguat," ujar dia.

Sebelum pertemuan itu berlangsung, harga aluminium akan cenderung tertekan. Tapi Ibrahim bilang, meski pertemuan IMF, World Bank dan ECB nanti mampu membawa angin segar bagi pasar komoditas, namun efeknya tidak akan lama.

Secara teknikal, moving average (MA) berada 20% mendekati level terbawah. Moving average convergence divergence (MACD) 60% berada di area negatif dan stochastic 70% mengarah ke negatif. Ini mengindikasikan pelemahan harga kemungkinan besar masih akan terjadi.

Sementara, indikator relative strength index (RSI) masih menunjukkan belum ada kepastian arah. Prediksi Ibrahim, sepekan ke depan harga aluminium akan bergerak dikisaran US$ 1.942-US$ 1.962 per ton. Jika kondisi global memburuk, Ibrahim melihat, harga aluminium bisa terpuruk hingga US$ 1.747,44 per ton. Itu merupakan harga terendah aluminium yang terjadi Desember 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini