JAKARTA. Walaupun sempat menguat, harga aluminium diperkirakan kembali tertekan di awal pekan ini. Mengacu Bloomberg Jumat (20/5), kontrak harga aluminium pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange mendaki 0,13% US$ 1.547 per metrik ton. Dalam sepekan harga aluminium sudah menanjak 0,74%. Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, ada beberapa faktor yang memicu kenaikan harga aluminium. Pertama, perbaikan data sektor perumahan Negeri Panda. Pekan lalu, China merilis data harga rumah per April 2016 tumbuh 6,2% (yoy). Seperti diketahui, aluminium digunakan sebagai bahan rangka jendela.
Kedua, akhir pekan lalu Presiden China Xi Jinping memaksa otoritas lokal mempercepat rencana pemangkasan kapasitas industri dasar. Reformasi tersebut berupa penutupan pabrik pada industri yang merugi. Ketiga, angka klaim pengangguran Amerika Serikat yang jeblok. Per 13 Mei 2016 lalu tercatat ada 278.000 pengangguran. Ini lebih buruk dibandingkan estimasi yang dipatok di level 275.000. Ditambah data indeks manufaktur Fed Philadelphia per Mei 2016 yang minus 1,8. Ini lebih rendah ketimbang pencapaian bulan sebelumnya minus 1,6. "Hal ini menghentikan pelemahan semua harga komoditas, termasuk aluminium," tuturnya. Namun, Ibrahim memprediksi, harga aluminium pada Senin (23/5) melemah. Sebab, pelaku pasar kembali fokus pada pertemuan The Fed di Juni 2016. Investor optimistis, The Fed akan mengerek suku bunga acuan bulan depan. Spekulasi tersebut menguatkan performa The Greenback dan melemahkan harga komoditas seperti aluminium.