Aluminium turun dipicu ancaman suplai berlebih



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasokan yang berlebih di bursa China menggerus harga aluminium. Apalagi, ada isu proteksionisme dagang di Amerika Serikat yang memungkinkan produksi aluminium di negara tersebut bakal meroket. Akibatnya, harga aluminium diperkirakan bisa menghadapi koreksi panjang.

Mengutip Reuters, Jumat (26/1), harga aluminium di London Metal Exchange untuk kontrak bergulir tiga bulan turun 0,58% ke US 2.228 per metrik ton pukul 02.21 GMT.

Koreksi harga aluminium merespons laporan stok logam industri ini di Shanghai Futures Exchange (ShFE) yang terus naik. Per Jumat pekan lalu, pasokan mencapai 783.759 ton, naik dari posisi setahun lalu di 653.411 ton. Bahkan produsen aluminium AS, Alcoa memproyeksikan, produksi aluminium China tahun ini akan surplus 1,5-1,7 juta ton.


Aluminium semakin melandai, karena ekspektasi penguatan dollar AS. Sebab, Presiden AS Donald Trump saat konferensi di Davos, Kamis (25/1), menyatakan ingin dollar AS tambah kuat. "Secara tidak langsung Trump membantah pernyataan Menteri Keuangan Mnuchin yang mengatakan pelemahan dollar dapat berdampak positif bagi industri AS di kancah perdagangan international," jelas Andri Hardianto, Analis Asia Tradepoint Futures, Jumat (26/1).

Akibatnya, dollar AS menguat tipis, sehingga harga komoditas tertekan. Pada perdagangan hari ini, indeks dollar sempat naik menyentuh level 89,35.

Selain itu, Trump berencana membebankan tarif impor bagi aluminium asal China. "Kalau impor aluminium China dipersulit masuk ke AS, stok pasti akan membanjiri pasar. Kondisi itu dapat membuat aluminium berubah ke arah tren turun," jelas Andri.

Sedangkan, produksi aluminium di AS justru berpotensi meningkat. Alcoa menyatakan akan kembali mengaktifkan produksi smelter yang berkapasitas produksi 161.000 ton per tahun. Begitupula, Century Aluminium AS juga akan mengaktifkan smelter yang berkapasitas produksi 100.000 ton per tahun.

Secara teknikal, Andri menyebut, harga aluminium akan melandai. Hal ini terlihat dari indikator moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 di posisi sell. Moving average convergence divergence (MACD) sell di level negatif 1,3, indikator Relative Strength Index 14 netral di level 48, dan indikator stochastic overbought di level 82,5.

Prediksinya, sepekan, auminium akan bergerak antara US$ 2.160-US$ 2.320 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini