Amankan cadangan beras, pemerintah gaet Kamboja



JAKARTA. Pemerintah meneken kerjasama pembelian beras dengan Kamboja. Kerjasama ini untuk mengamankan cadangan beras negara hingga akhir tahun.Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, kerjasama dengan Kamboja ini hanya untuk berjaga-jaga saja. "Ketika butuh baru ekspor beras ke Indonesia dilaksanakan," katanya kepada KONTAN, Senin (3/9).Pada akhir Agustus 2012 lalu, Gita dan Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait komitmen ekspor beras ke Indonesia. Dalam kesepakatan itu, Kamboja berkomitmen ekspor beras sebesar 100.000 ton beras per tahun selama empat tahun dengan catatan harganya lebih rendah dari pasar.Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamukthi mengatakan, kerjasama ini bukan hal baru. Menurutnya, pemerintah juga telah menjalin kerjasama dengan Vietnam dan Thailand. Rencananya, pemerintah juga akan bekerjasama dengan Myanmar.Dengan kerjasama ini, Bayu bilang, pemerintah memiliki banyak pilihan ketika harga beras naik maka bisa membeli dari negara lainnya. “Ini bagian dari berjaga-jaga ketika cadangan beras negara menipis atau kurang untuk memenuhi permintaan,” ujarnya.Pemerintah menargetkan cadangan beras hingga akhir tahun nanti mencapai 2 juta tahun. Nilai cadangan beras ini dari dari sebelumnya hanya 1,5 juta ton.Bayu menambahkan, impor beras baru akan dilakukan setelah melihat kemampuan Badan Usaha Logistik (Bulog) menyerap beras dari petani. Sebelumnya, Bulog optimis mampu menyiapkan stok beras pada akhir tahun sebesar 2 juta ton.Direktur Pelayanan Publik Bulog Agusdin Faried mengatakan, untuk mencapai stok beras dengan jumlah tersebut pada akhir tahun dibutuhkan tambahan pengadaan beras sebesar 800.000 ton. Per awal Agustus lalu stok beras nasional mencapai 2,3 juta ton sehingga masih dalam taraf aman. Jika tidak ada penambahan maka jumlah cadangan beras maka target cadangan akhir tahun tidak akan tercapai. Berdasarkan hitungan Bulog, serapan beras mencapai 8.000 hingga 9.000 ton per-hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can