Amartha Fasilitasi Pembiayaan Berkelanjutan Sektor Bioekonomi untuk UMKM Akar Rumput



KONTAN.CO.ID - Salah satu kunci bagi Indonesia untuk bisa mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 adalah dengan melakukan transformasi dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi restoratif sebagai solusi pertumbuhan yang berkelanjutan dan pelestarian alam. Hal ini menjadi penting guna menghadapi tantangan global yang nyata, seperti perubahan iklim dan persoalan kesenjangan.

Untuk mengakselerasi transformasi menuju model ekonomi restoratif yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mendorong pengembangan bioekonomi. Bioekonomi, yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam hayati secara berkelanjutan, bisa menjadi katalisator yang mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon dan  mengurangi ketergantungan pada sumber daya tak terbarukan.

“Bioekonomi adalah antitesis dari ekonomi ekstraktif yang mengandalkan sumber daya alam tak terbarukan seperti batubara dan migas. Pembiayaan modal kerja dari Amartha untuk meningkatkan nilai tambah produk UMKM sektor pertanian dan perikanan berkelanjutan merupakan langkah awal mendorong kontribusi bioekonomi terhadap perekonomian nasional,” kata Andi Taufan Garuda Putra, Founder & CEO Amartha.


Andi Taufan mengakui, kontribusi bioekonomi terhadap produk domestik bruto nasional memang masih sangat kecil. Padahal, dengan keragaman biodiversitas yang begitu kaya, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan bioekonomi. Bahkan sektor UMKM pun dapat memberi kontribusi terhadap percepatan bioekonomi di Indonesia.

“Sebagai contoh, Indonesia adalah produsen kakao terbesar ketiga dunia, tetapi lebih dari 80 persen ekspor kakao Indonesia berupa biji mentah sehingga nilai ekspornya kecil. Dengan pengembangan bioekonomi, yang juga menekankan pentingnya hilirisasi produk berbasis sumber daya hayati, biji kakao bisa diproses menjadi produk bernilai tambah tinggi antara lain bubuk kakao dan cokelat,” papar Andi Taufan.

Peran UMKM Akar Rumput untuk Mendorong Bioekonomi Andi Taufan juga mengungkapkan, pengembangan bioekonomi masih menghadapi beberapa tantangan, salah satunya terkait pembiayaan. Menurutnya, perlu kolaborasi yang melibatkan banyak pihak, mulai dari pendana, institusi keuangan, hingga de-risking institution, untuk memitigasi risiko dan menyediakan alternatif pembiayaan di sektor bioekonomi.

“Sejak berdiri 14 tahun lalu, Amartha percaya bahwa bisnis yang berkelanjutan adalah bisnis yang memberikan dampak bagi masyarakat dan lingkungan. Karena itu, Amartha mulai terlibat dalam inisiatif bioekonomi, di mana Amartha menyediakan pembiayaan untuk sektor restoratif, salah satunya agroforestri. Inisiatif ini diperkuat melalui kolaborasi dengan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) untuk memberikan pembiayaan bagi sektor hutan produktif”, papar Andi Taufan.

Amartha bersama KEM mendorong portofolio inovasi berbasis alam dalam bentuk hilirisasi komoditas, misalnya tepung mocaf, minyak atsiri, olahan kelapa, produk kopi setengah jadi, dan lain-lain.

Komoditas ini melibatkan sektor UMKM sebagai produsen, sehingga UMKM memiliki peran penting dalam mendorong bioekonomi. Inisiatif bioekonomi yang sedang dijalankan Amartha saat ini adalah pengembangan koridor satwa liar seluas 304 hektare di kawasan hutan Bali Barat, Kabupaten Jembrana, Bali.

Amartha bekerja sama dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Amerta baru-baru ini menanam 2.000 pohon produktif-endemik. Harapannya, koridor satwa liar dapat melindungi habitat satwa liar dengan ketersediaan suplai makan dan menciptakan sumber penghidupan alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Andi Taufan menjelaskan bahwa program ini adalah contoh kolaborasi strategis antara Amartha dan komunitas lokal. “Kerja sama dengan KTH Giri Amerta memastikan pertumbuhan ekonomi masyarakat akar rumput berjalan seiring dengan upaya pelestarian lingkungan, sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan Amartha”.

Mengacu laporan terbaru dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Indonesia diperkirakan butuh Rp892 triliun hingga 2045 untuk melaksanakan strategi ekonomi restoratif di berbagai sektor secara efektif.

“Amartha optimis kolaborasi yang strategis dapat membuka banyak peluang bagi UMKM akar rumput untuk menjalankan usaha di sektor yang berkelanjutan, yakni bioekonomi,” tandas Andi Taufan. Tentang Amartha Amartha didirikan pada 2010 sebagai perusahaan microfinance. Pada tahun 2016 Amartha bertransformasi menjadi perusahaan teknologi finansial dan memiliki izin di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Amartha merupakan prosperity platform dengan misi menghadirkan layanan keuangan digital inklusif kepada komunitas akar rumput dan dunia melalui teknologi, inklusivitas, dan keberlanjutan. Amartha telah menyalurkan modal kerja lebih dari 20 triliun rupiah kepada lebih dari 2.5 juta UKM yang dipimpin perempuan di 72.000 desa di Indonesia.

Amartha membawa konsep baru tentang pinjam-meminjam uang. Bagi pelaku UMKM di pedesaan yang belum terlayani oleh layanan keuangan, Amartha memberikan akses permodalan. Bagi pendana, platform Amartha mewakili UMKM sebagai alternatif instrumen investasi yang menguntungkan dan berdampak. Bagi desa, Amartha hadir memperkuat ekonomi informal, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan mengentaskan kemiskinan.

Saat ini Amartha didukung oleh 9000+ karyawan A-Team yang #LangsungBerdampak dan terus membuka beberapa posisi, klik amartha.com/karir untuk meraih potensi terbaik bersama Amartha.

Baca Juga: Fintech Amartha Salurkan Pembiayaan Melebihi Rp 5 Triliun pada Tahun Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti