KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berambisi menjadi pemain coking coal alias kokas dunia. Niat ini bulat lantaran ADRO kelar mengakuisisi tambang kokas Krestel Rio Tinto di Australia sebanyak 49% saham serta memiliki tujuh tambang kokas di Kalteng milik BPH Billiton. Garibaldi Thohir, Direktur Utama Adaro Energy mengatakan, tujuh tahun belakangan ini,Adaro Energy telah melakukan diversifikasi (kokas) tujuh tahun belakangan ini. "Margin harganya lebih bagus kokas ketimbang thermal coal," kata dia di kantor anak perusahaan Adaro, Coaltrade Services International Pte Ltd, Shenton Way, Singapura, (27/4). Harga kokas mencapai US$ 180 juta per ton, atau dua kali lipat dari batubara thermal US$ 96 per ton. Menurut Boy, panggilan karib bos ADRO, kebutuhan kokas di Indonesia saja sekitar 6 juta-7 juta ton per tahun. Permintaan kokas datang dari Krakatau Posco. "Sampai kini, kebanyakan pasokan kokas masih impor dari Australia," ujarnya
Ambisi Adaro Energy menjadi pemain kokas dunia
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berambisi menjadi pemain coking coal alias kokas dunia. Niat ini bulat lantaran ADRO kelar mengakuisisi tambang kokas Krestel Rio Tinto di Australia sebanyak 49% saham serta memiliki tujuh tambang kokas di Kalteng milik BPH Billiton. Garibaldi Thohir, Direktur Utama Adaro Energy mengatakan, tujuh tahun belakangan ini,Adaro Energy telah melakukan diversifikasi (kokas) tujuh tahun belakangan ini. "Margin harganya lebih bagus kokas ketimbang thermal coal," kata dia di kantor anak perusahaan Adaro, Coaltrade Services International Pte Ltd, Shenton Way, Singapura, (27/4). Harga kokas mencapai US$ 180 juta per ton, atau dua kali lipat dari batubara thermal US$ 96 per ton. Menurut Boy, panggilan karib bos ADRO, kebutuhan kokas di Indonesia saja sekitar 6 juta-7 juta ton per tahun. Permintaan kokas datang dari Krakatau Posco. "Sampai kini, kebanyakan pasokan kokas masih impor dari Australia," ujarnya