Ambisi Lulung terhalang keputusan partai



JAKARTA. Ambisi Abraham "Lulung" Lunggana untuk maju dalam Pilkada DKI 2017 menghadapi jalan buntu. Partainya yang terbelit konflik internal mendukung orang lain untuk maju.

Lulung awalnya malu-malu mengakui bahwa dia ingin menjadi calon gubernur DKI. Wacana Lulung akan menjadi cagub datang dari Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan hasil muktamar Jakarta, Djan Faridz. Sekitar Februari 2016, Lulung mulai menyatakan kesiapannya untuk menjadi calon gubernur.

Apa yang menjadi modalnya?


Berbekal pengalamannya di DPRD, dia mengaku tahu apa yang kurang dari pemerintah saat ini.

"Saya nyalon dong karena hampir 7 tahun di DPRD, saya masih melihat pemerintah tidak maksimal mendukung upaya dan semangat masyarakat yang ingin berpartisipasi membangun lingkungannya," ujar Lulung di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih pada pertengahan Februari 2016.

Program utama Lulung hanya satu. Dia ingin memberi jaminan kepada masyarakat bahwa aspirasi mereka dalam musrenbang terpenuhi. Kata dia, masyarakat sering merasa kesal karena keluhan mereka tidak dihiraukan.

Ketika warga meminta sebuah kegiatan kepada Pemprov DKI melalui musrenbang, kegiatan itu bisa tidak jadi terealisasi. Bahkan tertunda hingga 3 tahun.

"Makanya siapapun yang jadi gubernur, apalagi kalau saya yang jadi gubernur, jangan coret aspirasi rakyat itu," ujar Lulung.

Relawannya bergerilya

Sejak dulu, Lulung terkenal sebagai tokoh yang memiliki massa. Hal itu berkat organisasi masyarakat Pemuda Pancamarga yang dipimpinnya. Dukungan massa berbalut nama relawan juga dia gunakan untuk melancarkan niatnya "nyagub" di Jakarta.

Pada 30 Maret lalu, Lulung meresmikan relawannya yang dinamakan "Suka Haji Lulung" di Rawa Buntu, Jakarta Selatan. Lapangan di Rawa Buntu dibuat merah oleh para relawan "Suka Haji Lulung" yang hadir.

Mereka mengenakan kaus berwarna merah yang memuat gambar karikatur Lulung. Dalam peresmian itu, Lulung melantik lima koordinator wilayah dari seluruh bagian Jakarta.

Korwil Jakarta Utara, Giswar, membawa puluhan massa ke Rawa Buntu untuk mengikuti peresmian kelompok relawan itu. Ia menceritakan bagaimana caranya bisa menghimpun massa.

"Mereka datang tanpa saya mobilisasi apa-apa. Orang dari Muara Angke datang ke rumah saya karena dengar saya koordinator 'Suka Haji Lulung' dan mereka akhirnya mau datang sendiri," ujar Giswar.

Ia mengatakan, kebanyakan warga bertanya kepadanya apakah Lulung mampu membantu mereka menyelesaikan sejumlah persoalan atau tidak. Giswar mengaku hanya menjawab bahwa Lulung akan secara maksimal membantu warga.

Untuk menggerakkan mesin relawan, Giswar mengatakan bahwa dia membawahi koordinator yang berada di 6 kecamatan di Jakarta Utara. Bersama-sama, mereka akan melakukan sosialisasi program Lulung kepada warga sekitar. Mereka juga yang akan mengatur jadwal pertemuan Lulung dengan tokoh masyarakat setempat.

"Jadi tugas korwil nanti itu yang atur kapan Lulung kunjungan di tiap wilayah," ujar dia.

Giswar pun berharap Lulung bisa menjadi calon gubernur DKI. Sebagai relawan, dia akan berupaya maksimal agar Lulung bisa lebih dikenal masyarakat. Namun, ia juga mengaku akan legowo jika akhirnya Lulung tidak bisa maju menjadi cagub.

"Kalau untuk itu Haji Lulung juga siap kalah dan siap menang kan. Biarlah kami para relawan yang punya strategi masing masing buat bujuk masyarakatnya," ujar Giswar.

Tersandung partai

Semangat menggebu Lulung bertolak belakang dengan kondisi partainya. Masalah pertama, Lulung harus menerima kenyataan bahwa partainya tengah berkonflik terkait dua kepengurusan berbeda.

Akhir pekan lalu, PPP sudah melakukan islah dan menjadikan Romahurmuziy sebagai ketua umum yang baru. PPP yang dipimpin Djan Faridz, versi yang diikuti Lulung, belum memiliki wewenang kuat untuk menentukan calon gubernur.

Terkait masalah itu, Lulung pernah mengatakan partainya didzalimi.

Masalah dualisme kepengurusan belum tuntas, masalah lain muncul dari partainya. Semua berawal ketika Yusril Ihza Mahendra mendatangi rumah Djan Faridz untuk meminta dukungan pada Pilkada DKI 2017.

Djan Faridz, mengungkapkan, partainya akan mendukung Yusril Ihza Mahendra maju sebagai calon gubernur (cagub) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Kita akhirnya satu bahasa, bahwa Jakarta ini harus dipimpin orang yang mampu dan mengerti hukum tata negara dan mengenai anggaran," kata Djan.

Mengenai hal itu, Lulung mengatakan dukungan tersebut belum tetap. "Ini kan baru dukungan karena dia (Yusril) datang. Ya udah pokoknya kita siap dukung saja kalau dia memenuhi syarat, kan gitu," ujar Lulung ketika dihubungi, Minggu.

Lulung mengatakan dukungan resmi terhadap salah satu calon gubernur tidak diputuskan dengan cara seperti itu. Dukungan baru bisa diberikan setelah melalui mekanisme partai. Dalam PPP sendiri, harus ada keputusan dalam rapat pimpinan dan musyawarah dengan pengurus di berbagai tingkat terlebih dahulu.

"Kan harus ada mekanisme. Dukungan kemarin itu kan belum serta-merta. Kalau dukungan resmi itu harus sudah dari keputusan rapim, sudah keputusan musyawarah tiga wilayah. Itu baru dukungan," ujar Lulung.

Namun, terlepas dari semua konflik yang ada, Lulung mengatakan dia legowo dengan apapun yang akan terjadi nanti. Jika partai memutuskan untuk tidak mengusung dia, Lulung mengaku ikhlas. Lulung mengatakan, dia tetap bisa memantau jalannya pemerintahan jika tidak menjadi gubernur.

"Saya siap dicalonkan jadi gubernur, jadi wakil gubernur, dan saya siap juga kalau tidak dicalonkan," kata Lulung. (Jessi Carina)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie