Ambisi SILO memiliki 40 rumahsakit



JAKARTA. Bisnis kesehatan yang kian prospektif membuat perusahaan di bidang ini kian ekspansif. Pun begitu, PT Siloam International Hospitals Tbk, terbilang agresif menggeber ekspansi.

Emiten yang bergerak di bidang jasa kesehatan ini bahkan mempunyai keinginan untuk menebar cabang di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mendanai agenda ekspansi tersebut, emiten yang menyandang ticker SILO ini pun menawarkan saham perdana alias initial public offering (IPO). Siloam resmi menjadi penghuni Bursa Efek Indonesia pada 12 September 2013.

Rencana IPO Siloam terbilang dramatis. Pasalnya, saat masa penawaran kondisi pasar saham sedang bergerak tak menentu. Tak ayal, Siloam harus menurunkan target harga dan jumlah saham yang dilepas ke publik.


Awalnya, Siloam akan melepas 162,75 juta saham atau setara dengan 14% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga jual yang ditawarkan juga terbilang tinggi yaitu di Rp 11.200-Rp 14.200 per saham. Artinya dari aksi tersebut, Siloam berpotensi meraih dana Rp 1,82 triliun-Rp 2,31 triliun.

Tapi, karena pasar saham terus bergerak turun, Siloam menurunkan jumlah saham yang ditawarkan menjadi 156,1 juta saham di harga Rp 9.000-Rp 9.500 per saham. Siloam akhirnya menjual saham di harga Rp 9.000, sehingga bisa mengantongi dana Rp 1,45 triliun dari IPO.

Tambah rumahsakit

Dari dana IPO tersebut, sebanyak 39% akan dialokasikan untuk membiayai investasi seperti pengadaan peralatan medis, pengembangan dan pembangunan rumahsakit. Kemudian, 35% digunakan membayar belanja modal yang pernah dikeluarkan oleh induk usaha yaitu PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Sedangkan, 26% untuk investasi seperti akuisisi dan penambahan portofolio rumahsakit.

Sebagian besar dana hasil IPO ini memang sebagai bekal menambah amunisi ekspansi Siloam. Rencananya, Siloam akan memiliki rumahsakit hingga 40 unit dalam lima tahun ke depan. Sampai saat ini, Siloam telah memiliki 13 rumahsakit. Artinya, sampai lima tahun ke depan, Siloam harus menambah 27 rumahsakit baru.

"IPO merupakan awal dari visi dan perjalanan Siloam dalam menyediakan layanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar Presiden Direktur Siloam International Hospital, Gershu Paul.

Untuk membangun satu rumahsakit, Siloam membutuhkan belanja modal sekitar US$ 25 juta. "Kami berencana membangun antara enam hingga delapan rumahsakit pada 2014 dan akan dilanjutkan pada 2017," ujar Paul. Ini berarti, perusahaan ini membutuhkan dana sekitar US$ 150 juta-US$ 200 juta di tahun depan.

Selain memperbanyak jumlah rumahsakit, Siloam juga akan menambah jumlah kapasitas tempat tidur. Siloam menargetkan bisa memiliki 10.000 tempat tidur. Dari 13 rumahsakit yang dimiliki oleh Siloam baru bisa menampung 3.436 tempat tidur.

Lokasi rumahsakit Siloam saat ini baru di wilayah Jakarta, Surabaya, Jambi, Balikpapan, Manado dan Bali. "Rumahsakit teranyar kami ada di TB Simatubang, Jakarta Selatan yang baru buka Juni 2013," kata Paul.

Paul bilang, ada beberapa lokasi yang sedang dalam rencana pendirian. Diantaranya di Bogor, Padang, Semarang, Bandung dan beberapa kota di Indonesia Timur.

Seiring jumlah rumahsakit yang bertambah, Siloam juga akan menambah jumlah pekerja. Saat ini, Siloam telah mempekerjakan 1.178 dokter dan 2.607 perawat serta tenaga kesehatan.

Selain membangun rumahsakit sendiri, Siloam juga membuka opsi mengakuisisi rumahsakit. Saat ini, menurut Paul, Siloam memiliki rumahsakit hasil akuisisi di Kebon Jeruk, Surabaya, Jambi, Balikpapan dan Cinere.

Manajemen mengatakan, ada lima sampai enam rumahsakit lain yang mengajukan penawaran untuk diakuisisi. Namun, Siloam masih mengkaji tawaran tersebut.

Direktur Keuangan Siloam, Romeo F Lledo, mengatakan, pihaknya tidak akan sembarangan mengakuisisi rumahsakit. Menurut dia, hanya rumahsakit sudah menghasilkan yang akan Siloam akuisisi.

Romeo mengatakan, Siloam sudah menyiapkan dana untuk akuisisi rumahsakit. Selain dari dana hasil IPO, Siloam juga akan memakai kas internal dan bahkan pinjaman perbankan. Kas setara kas Siloam sampai 30 April 2013, mencapai Rp 156,4 miliar.

Romeo menambahkan, Siloam diuntungkan karena induk usaha LPKR telah menyediakan tanah untuk pengembangan usaha. Tak hanya lahan, dalam skema kerjasama, biaya pembangunan gedung juga ditanggung LPKR sehingga SILO hanya mengeluarkan pendanaan untuk pengadaan peralatan medis di rumahsakit baru. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana