JAKARTA. Kekhawatiran yang melanda investor pasar modal dunia turut membuat pasar Surat Utang Negara (SUN) anjlok. Kemarin (17/9), indeks harga SUN hasil hitungan Himpunan Pedagang SUN (Himdasun) turun jadi 82,73. Padahal, pada 1 September lalu, indeks SUN tersebut masih bertengger di 86,28. Artinya, harga SUN sudah turun sekitar 4,11%."Sebagian besar harga SUN memang turun cukup dalam selama beberapa pekan belakangan," kata analis obligasi Mandiri Sekuritas Handi Yunianto. Harga SUN seri FR0050 , misalnya, berada di angka 77,20, Rabu (17/9). Dibandingkan harga per 1 September sebesar 84,64, harga SUN jangka panjang ini sudah longsor 8,79%. Imbal hasil alias yield SUN ini juga naik dari 12,53% jadi 13,67% dalam kurun waktu tersebut.Menurut para analis, pasar SUN memang sedang dihinggapi banyak sentimen negatif. Salah satunya, masalah likuiditas pasar yang seret. "Kondisi likuiditas pasar yang buruk mempengaruhi minat investor terhadap pasar obligasi," cetus analis obligasi Trimegah Securities, Agus Salim. Para investor lebih tertarik menanamkan bunga di instrumen jangka pendek yang memberi bunga tinggi.
Ambruknya Pasar Finansial Tekan Harga SUN
JAKARTA. Kekhawatiran yang melanda investor pasar modal dunia turut membuat pasar Surat Utang Negara (SUN) anjlok. Kemarin (17/9), indeks harga SUN hasil hitungan Himpunan Pedagang SUN (Himdasun) turun jadi 82,73. Padahal, pada 1 September lalu, indeks SUN tersebut masih bertengger di 86,28. Artinya, harga SUN sudah turun sekitar 4,11%."Sebagian besar harga SUN memang turun cukup dalam selama beberapa pekan belakangan," kata analis obligasi Mandiri Sekuritas Handi Yunianto. Harga SUN seri FR0050 , misalnya, berada di angka 77,20, Rabu (17/9). Dibandingkan harga per 1 September sebesar 84,64, harga SUN jangka panjang ini sudah longsor 8,79%. Imbal hasil alias yield SUN ini juga naik dari 12,53% jadi 13,67% dalam kurun waktu tersebut.Menurut para analis, pasar SUN memang sedang dihinggapi banyak sentimen negatif. Salah satunya, masalah likuiditas pasar yang seret. "Kondisi likuiditas pasar yang buruk mempengaruhi minat investor terhadap pasar obligasi," cetus analis obligasi Trimegah Securities, Agus Salim. Para investor lebih tertarik menanamkan bunga di instrumen jangka pendek yang memberi bunga tinggi.