Amerika dan Jepang Pertahankan Bunga



WASHINGTON. The Federal Reserve (The Fed) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (fed funds rate) sebesar 2%. "Kondisi kredit yang sangat ketat, pasar perumahan yang terus susut dan pertumbuhan ekspor yang melambat masih akan membebani ekonomi selama beberapa kuartal ke depan," tulis Federal Open Market Committee (FOMC) dalam rilisnya.

Ben S. Bernanke, Chairman The Federal Reserve menyebutkan, pihaknya akan membatasi penentuan tingkat suku bunga berdasarkan perkembangan kondisi ekonomi AS. The Fed juga telah merancang tindakan darurat untuk mengatasi kekacauan di pasar finansial.

Padahal, bank sentral Amerika Serikat (AS) ini mendapatkan banyak tekanan dari investor untuk segera memangkas suku bunganya setelah Lehman Brothers Holdings Inc bangkrut  dan Merrill Lynch kolaps.


The Fed sendiri, sebelumnya, memang sempat memberi sinyal bakal menurunkan suku bunga. Saat itu, The Fed menyatakan,  ketegangan di pasar finansial terus meningkat. Belum lagi, jumlah lapangan kerja berkurang dan pertumbuhan ekspor melambat.

"Hal tersebut menegaskan keyakinan bahwa The Fed lebih memilih menggunakan likuiditas yang terkendali untuk mengatasi masalah di Wall Street ketimbang menggunakan instrumen suku bunga," sebut James O'Sullivan, Ekonom Senior UBS Securities LLC.

Selain The Fed, Bank Of Japan (BOJ), bank sentral Jepang, juga mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 0,5%. Keputusan ini diambil setelah BOJ menyuntikkan dana sekitar 5 triliun yen ke pasar uang, menyusul pengumuman kebangkrutan Lehman Brothers.

Gubernur BOJ Masaaki Shirakawa mengakui, kini, pertumbuhan ekonomi melambat. Kekhawatiran di pasar finansial juga semakin meningkat. "Pemotongan bunga tidak ada dalam opsi bank sentral, karena pejabat BOJ telah mengatakan kondisi moneter masih baik," jelas Yoshimasa Maruyama, Ekonom Senior BNP Paribas Securities Japan di Tokyo.

Sebelumnya, pihak bank berharap agar BOJ memangkas bunganya. Sebab, perekonomian Jepang sudah berada di ambang resesi. Indikasinya, pertumbuhan ekonomi tahunan pada kuartal kedua lalu hanya mencapai 3%. Ini merupakan angka paling rendah sejak tahun 2001.

Laporan pemerintah juga menyebutkan bahwa angka inflasi terus meningkat dan rasio ketersediaan lapangan kerja untuk para pencari kerja anjlok ke level terendah dalam jangka waktu empat tahun terakhir.

Namun, BOJ mengaku masih optimistis bahwa kondisi perekonomian Jepang akan kembali pulih setelah melambat selama beberapa waktu terakhir. Bank sentral Jepang juga menganggap, kebijakan suku bunga yang terlalu rendah akan menghambat prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam jangka panjang.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie