WASHINGTON. Pembatasan dalam pergerakan mata uang yang dilakukan pemerintah China dianggap terus-menerus merugikan Amerika Serikat (AS). Oleh sebab itu, Senat AS sudah melakukan pemungutan suara mendukung debat undang-undang yang bisa menekan China untuk melepas nilai mata uangnya lebih tinggi. Dengan angka 79-19, Senat mendukung dibukanya perdebatan untuk Undang-undang Reformasi Tingkat Penukaran Mata Uang 2011. "Anggota senat dari Demokrat maupun Republik, sepakat bahwa aksi China yang sengaja dalam menurunkan nilai mata uangnya memberi produk negara itu persaingan yang tidak adil di pasar," kata pemimpin mayoritas Senat, Harry Reid.
Undang-undang itu akan memberikan wewenang bagi pemerintah AS untuk meningkatkan tarif import dari negara-negara yang menurunkan nilai mata uang guna meningkatkan ekspor. Sejumlah politisi dan kelompok usaha menuduh China sengaja menekan nilai yuan. Dengan mempertahankan nilai yuan yang relatif rendah, maka ekspor China bukan saja lebih murah dan mampu bersaing dengan saingannya namun juga membuat produk impor lebih mahal dibanding produk dalam negeri. Hal itu dianggap merusak bisnis dan lapangan kerja di AS, khususnya ketika perekonomian negeri Paman Sam tengah berjuang agar bisa keluar dari risiko resesi. Menurut para anggota Senat yang mendukung debat, maka RUU itu kelak bisa memperkecil defisit perdagangan antara China dan Amerika Serikat, yang saat ini diperkirakan mencapai US$ 250 miliar. AS khawatir dengan tanggapan China Berbeda dengan mata uang utama dunia lainnya, China memang tidak mengizinkan yuan mengambang bebas di pasar uang. Bahkan, para analisis memperkirakan nilainya jadi jauh lebih rendah sekitar 40% dibanding dollar AS.