Amerika mundur dari TPP, pamor RCEP naik



JAKARTA. Keputusan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menarik rencana AS dari kemitraan datang Trans Pacific Partnership (TPP) diperkirakan bakal meningkatkan pamor perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, negara-negara anggota RCEP cenderung mendorong agar perundingan dipercepat. "Bahkan, Chili menyatakan untuk dapat dipertimbangkan masuk ke RCEP," katanya, Selasa (22/11).

Dalam perundingan RCEP, ada beberapa hal yang bisa menguntungkan Indonesia. Misalnya, akses pasar produk pertanian ke India, Jepang dan China. Hambatan tarif dan non tarif akan sedikit tereliminir jika RCEP berjalan.


Kepala Departemen Ekonomi Center For Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, bila TPP batal diimplementasikan, persaingan dengan beberapa negara tetangga, seperti Vietnam dalam peningkatan akses pasar ke negara-negara anggota TPP menjadi lebih ringan.

Di sisi lain, bila TPP tak jadi dilaksanakan, potensi negara tujuan ekspor Indonesia bisa berkurang. Padahal, negara-negara anggota TPP merupakan negara dengan tingkat konsumsi tinggi.

Sejatinya, RCEP yang terdiri dari 10 anggota ASEAN plus Australia, Selandia Baru, Tiongkok, India, Korea, dan Jepang memiliki pangsa pasar yang besar. Namun, kata Rizal, dari sisi  tingkat konsumsi, negara-negara ini masih rendah. Alhasil, kinerja ekspor ke negara RCEP tak akan setinggi ekspor ke negara TPP.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani bilang, TPP akan sulit berjalan bila motor perjanjian itu yakni AS sudah berubah haluan. Tapi, "Semua kemungkinan free trade dengan negara lain bisa kita eksplor," katanya.

Menurut Rosan, beberapa perjanjian dagang yang bisa dimaksimalkan, yakni Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang diharapkan selesai pada 2017.  Selain itu, ada pula Indonesia  European Union Comprehensive Economic Partnership (IEU-CEPA) yang akan rampung dalam dua tahun ke depan. Poin utama perjanjian dagang ini sudah disetujui.

"Dengan TPP melemah, free trade Indonesia dengan negara lain bisa didorong dan dikembangkan untuk membuka pasar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini