Amerika Serikat mendesak NATO untuk mengantisipasi ancaman baru dari Rusia dan China



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo meminta sekutunya di NATO untuk beradaptasi menghadapi dengan berbagai macam ancaman yang muncul, termasuk peningkatan agresi Rusia, persaingan strategis China dan migrasi yang tidak terkendali.

Dilansir dari Reuters, Pompeo berbicara pada awal pertemuan para menteri luar negeri dari negara anggota Organisasi Perjanjian Atlantik Utara tersebut di Washington yang menandai peringatan 70 tahun terbentuknya aliansi militer transatlantik.

"Kita harus menyesuaikan aliansi kita untuk menghadapi ancaman yang muncul. Apakah itu agresi Rusia, migrasi yang tidak terkendali, serangan dunia maya, ancaman terhadap keamanan energi, persaingan strategis China, termasuk teknologi dan jaringan 5G, dan banyak masalah lainnya," kata Pompeo.


Dalam dokumen strategi 2018, militer AS menempatkan serangan balasan terhadap China dan Rusia sebagai jantung strategi pertahanan nasional yang baru.

Sesi pertama pertemuan tersebut pu berfokus pada cara-cara untuk mencegah aksi Rusia, termasuk di Laut Hitam di mana negara tersebut menangkap tiga kapal angkatan laut Ukraina pada tahun lalu.

Pompeo juga mengatakan NATO harus menghadapi perang cyber yang meningkat, termasuk dari China.

Washington telah memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan bermitra dengan negara-negara yang mengadopsi sistem Huawei Technologies Cina, meski Uni Eropa telah menolak seruan AS untuk melarang perusahaan itu di seluruh blok tersebut.

Padahal sebagian besar anggota NATO adalah negara-negara anggota Uni Eropa.

Tak cuma sampai di situ, Amerika Serikat juga berselisih dengan sejumlah negara Eropa atas kegagalan untuk memenuhi pedoman belanja pertahanan NATO sebesar 2% dari PDB.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump telah meminta negara-negara NATO untuk mengalokasikan lebih dari 2% dari produk domestik bruto mereka untuk pertahanan. Bahkan Trump mengatakan kepada para pemimpin NATO di tahun lalu untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan hingga 4% dari PDB. 

Editor: Tendi Mahadi