KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump telah mengumumkan rencana besar bernama Golden Dome, sebuah sistem pertahanan rudal berbasis luar angkasa pertama dalam sejarah militer AS. Program ini menandai pergeseran besar dalam doktrin pertahanan nasional, menyasar pengembangan teknologi untuk mendeteksi dan mencegat ancaman rudal di empat fase penting: pra-peluncuran, peluncuran awal, fase tengah penerbangan, dan fase terminal saat rudal mendekati target. Mengutip Unilad, Presiden Trump menyatakan bahwa inisiatif ini bertujuan memastikan dominasi strategis AS terhadap ancaman dari Tiongkok dan Rusia, dua negara yang diketahui telah mengembangkan senjata antisatelit dan sistem serangan berbasis luar angkasa.
Empat Tahap Intersepsi dalam Sistem Golden Dome
Sistem Golden Dome dirancang untuk menanggulangi rudal balistik dan hipersonik di berbagai tahap:- Pra-Peluncuran: Deteksi dini lokasi peluncuran dengan sensor berbasis satelit.
- Peluncuran Awal: Menyergap rudal saat mesin utama aktif.
- Fase Tengah: Mengikuti jalur lintas benua rudal saat mengambang di luar atmosfer.
- Fase Terminal: Menghentikan rudal sebelum mencapai sasarannya dengan sistem pencegat hipersonik.
Respons Keras dari Tiongkok: "Golden Dome Adalah Ancaman Global"
Tak lama setelah pengumuman resmi, Kementerian Luar Negeri Tiongkok melalui juru bicaranya, Mao Ning, menyampaikan kekhawatiran serius. Ia menyebut Golden Dome sebagai program yang membawa "implikasi ofensif yang kuat" dan "meningkatkan risiko militerisasi luar angkasa." Mao menyatakan bahwa langkah AS tersebut:- Mengancam keseimbangan strategis global
- Meningkatkan risiko perlombaan senjata di luar angkasa
- Melanggar prinsip keamanan kolektif internasional
Ancaman dari Rusia dan Tiongkok: Alasan Utama Di Balik Golden Dome
Ancaman nyata dari senjata antisatelit Rusia dan Tiongkok menjadi alasan utama pengembangan sistem Golden Dome. Satelit kedua negara tersebut telah dilaporkan mampu:- Menghancurkan satelit komunikasi dan militer AS
- Melumpuhkan sistem navigasi GPS
- Menyerang pusat komando berbasis ruang angkasa