AMI: Industri mainan butuh kluster khusus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semenjak satgas penertiban impor berisiko tinggi, produk mainan Indonesia tidak diwarnai lagi oleh impor borongan. Sebelumnya, impor borongan dinilai merugikan pebisnis mainan dalam negeri lantaran menyebabkan harga antar produk yang tidak kompetitif. Menurut Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI), Sutjiadi Lukas, sebelum ada satgas impor borongan dapat mengakibatkan disparitas harga hingga 10%. Namun disisi lain, soal pengaturan impor ini sejatinya produsen lokal masih membutuhkan bahan baku impor. "Untuk spare part seperti baut misalnya, kalau di dalam negeri harganya Rp 50 per butir sementara dari China hanya Rp 7 per butir," urai Sutjiadi, Rabu (18/10).

Untuk itu asosiasi berharap agar penertiban ini lebih mengutamakan pembatasan barang, memilah mana yang merugikan dan mana yang memang kebutuhan manufaktur lokal. Sutjiadi mengaku bahwa asosiasi telah melakukan perbincangan dengan berbagai kementerian terkait untuk mengusahakan pasokan komponen mainan terpenuhi. "Sebab sekitar 40%-45% komponen itu masih didapat dari impor," sebut Sutjiadi. AMI juga mengusulkan kepada pemerintah agar industri mainan dapat direlokasi ke Kawasan Industrial Kendal dengan cara membangun kluster industri mainan. Sutjiadi menjabarkan selama ini untuk pabrik mainan plastik berpusat di Tangerang dan Jakarta Barat. Sementara pabrik boneka berada di Bekasi dan Bogor. Jumlah pabrikan besar, menurut penuturan Sutjiadi, di Indonesia hanya berjumlah sekitar 10 buah. Secara jumlah, industri mainan didominasi oleh unit usaha medium dan rumah tangga. "Industri ini tergolong padat karya, satu pabrik besar saja minimal butuh 200 pekerja," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini