KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kantor Riset Ekonomi Makro Kawasan ASEAN+3 (AMRO) memperingatkan sejumlah peristiwa yang mampu menjadi penghalang prospek pertumbuhan ASEAN+3 pada tahun 2023. Dalam riset edisi Juli 2023, lembaga tersebut mengungkapkan, risiko pertumbuhan bisa datang dari prospek pertumbuhan negara maju hingga kondisi inflasi dunia. AMRO merinci, risiko pertama datang dari potensi resesi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Inflasi tinggi di AS dan Uni Eropa memaksa bank sentral AS maupun Eropa untuk mempertahankan suku bunga acuan di level tinggi untuk jangka waktu yang lama.
Baca Juga: AMRO Pertahankan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 Memang, ini akan menekan inflasi. Namun di satu sisi, tren suku bunga tinggi akan menggerus pemulihan ekonomi yang menyebabkan resesi ekonomi. Kedua, dampak rambatan dari kebijakan moneter AS yang ketat. Ongkos kredit yang tinggi memicu tekanan di sektor keuangan di negara Paman Sam. Seperti pada awal tahun, ada kabar runtuhnya bank Silicon Valley dan Bank Signature di AS. Tekanan keuangan di AS akan meningkatkan risiko global yang tak dapat dihindari, termasuk kepada ASEAN+3 dalam bentuk premi risiko yang lebih tinggi dan biaya pembiayaan kembali yang tinggi. Plus, hengkangnya arus modal asing dari pasar keuangan negara berkembang, khususnya negara dengan profil investor asing di portofolio yang tinggi. Ketiga, goyahnya pertumbuhan ekonomi China. Pertumbuhan ekonomi China mungkin sempat ngegas saat negara Tirai Bambu kembali membuka gerbang perekonomiannya pasca Covid-19. Namun, ini diperkirakan tak bertahan lama. Pasalnya, rumah tangga di China menjadi lebih hati-hati dalam berbelanja. Pun, pertumbuhan sektor properti dan permintaan ekspor tetap lesu. Bila pertumbuhan ekonomi China jauh dari harapan, maka kelompok ASEAN+3 juga akan mendapat imbas lewat jalur perdagangan, investasi, dan pariwisata. Keempat, perang dagang antara AS dan China. Persaingan Negara Paman Sam dan Negara Panda berpotensi memisahkan dunia menjadi dua blok ekonomi.
Baca Juga: Masuk Daftar Negara PDB dengan Terbesar di Asia, Ekonom: Ini Tugas Berat Indonesia Ini akan mengarah pada pemutusan hubungan perdagangan dan investasi yang ada di kawasan ASEAN+3 yang tentu saja akan menggoncang prospek pertumbuhan ekonomi. Kelima, lonjakan harga komoditas dan pangan dunia. Perkembangan geopolitik yang berlangsung akan mendorong dinamika pasokan. Meskipun harga energi dan pangan global mulai melandai, tetapi tetap ada potensi melonjak lagi karena krisis Ukraina yang terus berlanjut.
Belum lagi ada peristiwa El Nino yang akan menyebabkan kekeringan dan mengganggu rantai pasok pangan di sejumlah wilayah. Meski demikian, AMRO tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN plus China, Jepang, dan Korea Selatan untuk berada di kisaran 4,6% yoy pada tahun ini. Ini meningkat dari capaian pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 yang sebesar 3,2% yoy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi