KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tensi perang dagang yang masih tinggi menyulut risiko perekonomian bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), China, Jepang, dan Korea. Pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut diproyeksi melambat seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi global. Kendati begitu, lembaga riset ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level 5,1%, baik untuk tahun ini maupun tahun 2020. “Alasannya, Indonesia tidak termasuk negara yang terkena dampak langsung perang dagang,” kata Kepala Ekonom AMRO Khor Hoe Ee dalam acara Media Briefing AMRO, Selasa (18/6).
Minimnya dampak langsung perang dagang terhadap perekonomian Indonesia lantaran saat ini Indonesia tidak terlibat dalam rantai pasok global industri manufaktur. Oleh karena itu, AMRO tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan Indonesia kendati memangkas proyeksi pertumbuhan kawasan ASEAN+3 menjadi hanya 4,9% tahun ini dan tahun depan. Namun, AMRO menilai, Indonesia juga belum mampu memanfaatkan perang dagang saat ini seperti negara-negara tetangga lain. Padahal, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Kamboja sudah berlomba-lomba menawarkan diri sebagai tempat relokasi investasi industri manufaktur dari China. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto sependapat. Di tengah momentum perang dagang, Indonesia mestinya mampu mempercantik iklim investasi sehingga berdaya saing dengan negara tetangga. Perang dagang, menurutnya, tak berarti merugikan di segala sisi. Justru, Indonesia sebenarnya bisa menangkap peluang investasi serupa. “Caranya pemerintah fokus mempermudah dan mempermurah investasi di dalam negeri. Mempermudah misalnya, terkait birokrasi perizinan dan prosedur investasi, regulasi, dan semacamnya yang sebenarnya berada dalam kendali pemerintah,” tutur Eko. Sementara untuk mempermurah biaya investasi, salah satunya melalui kebijakan suku bunga acuan. Di samping memanfaatkan peluang perang dagang, AMRO juga memperingatkan Indonesia untuk mencari sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Salah satunya sektor pariwisata yang saat ini tumbuh pesat dan menjadi primadona di kawasan ASEAN+3.