JAKARTA. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berniat untuk terjun ke bisnis di sektor farmasi. Melalui cucu usahanya, PT Sumber Medika Lestari (SML), pemilik gerai Alfamart tersebut akan ekspansi ke bisnis apotek lewat gerai health and beauty DanDan. Saat ini 99,9% saham SML dimiliki oleh anak usaha AMRT, PT Sumber Indah Lestari (SIL) selaku pengelola gerai DanDan. Nantinya keberadaan apotek ini akan bersinergi dengan gerai DanDan yang sudah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia dengan jumlah 58 gerai. Rencananya AMRT untuk melebarkan sayap ke bisnis bidang kesehatan sepertinya tidak dapat terwujud dalam waktu dekat. Pasalnya, perseroan masih terganjal dengan proses perizinan untuk mendirikan dan mengoperasikan apotek tersebut. Selain itu, AMRT juga masih harus menghitung bisnis model dan rencana pengembangan apoteknya. Kendati demikian, rencana diversifikasi bisnis AMRT ke sektor farmasi tersebut dinilai positif oleh para analis. Kiswoyo Adi Joe, analis Ivesta Saran Mandiri mengatakan persaingan di bisnis apotek masih tergolong sedikit. Saat ini baru ada dua pemain besar, yakni apotek K-24 dan apotek Kimia Farma dengan jumlah gerai masing-masing sebanyak 260 dan 394 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Kiswoyo yakin bisnis apotek AMRT akan berprospek bagus untuk jangka panjang asalkan melakukan penitrasi pasar yang lebih ke dalam dengan membuka gerai apotek di daerah-daerah. Tahun ini, perusahaan berencana untuk membuka 25 gerai baru DanDan, sehingga total berjumlah 83 gerai. “Untuk diversifikasi bisnis sangat bagus karena pemainnya cuma dua yang besar sehingga persaingan masih sedikit dan memiliki prospek yang positif. Perusahaan harus buka di daerah-daerah, jangan di mal,” jelas Kiswoyo. Menurut analis NH Korindo Securities, Reza Priyambada, AMRT harus menjual varian-varian obat yang berbeda dan mengambil margin yang tidak terlalu besar jika ingin bersaing dengan apotek K-24 dan Kimia Farma. Ia menilai margin keuntungan yang bisa diambil oleh perusahaan berkisar 3-5%. “Kalau di bawah itu, nanti akan berpengaruh buruk ke pendapatan perusahaan,” ujar Reza. Selain bersinergi dengan DanDan, rencana diversifikasi bisnis apotek ini juga harus terintegrasi dengan gerai Alfamart dan Alfamidi yang jumlahnya mencapai 13.916 outlet. Dengan begitu, Reza menilai ekspansi ke sektor farmasi akan lebih cepat karena lokasi gerai Alfamart dan Alfamidi berada di tempat-tempat yang cukup ramai. Ekspansi bisnis ke sektor farmasi dipercaya dapat memberika angin segar terhadap performa buruk perusahaan pada kuartal I-2015. Analis KDB Daewoo Securities Indonesia, Dang Maulida dalam riset 4 Juni 2015 menyebutkan AMRT mengalami rugi bersih sebesar Rp 38,76 miliar pada kuartal I-2015 meskipun pendapatan naik 12,6% YoY dari Rp 9,14 triliun menjadi Rp 10,3 triliun. Rapor merah AMRT ini sebagai akibat dari beban keuangan yang tinggi mencapai Rp 145,05 miliar atau naik atau naik 54,1% YoY. “Rugi bersih ini bukan pertama kali terjadi pada AMRT. Di kuartal I-2009, 2010, dan 2011 pernah mendapatkan rapor merah, tapi lambat laun tertutupi pada akhir tahun,” ungkap Maulida. Sepanjang kuartal I-2015, penjualan di bisnis ritel Indonesia mengalami perlambatan sebesar 10,7% YoY. Penurunan penjualan di pasar modern seperti minimarket, supermarket, dan hypermarket mencapai 10,8% YoY. Sedangkan margin operasional tetap stabil di level 1%. Perlambatan penjualan yang dialami AMRT layaknya emiten lain di sektor ritel disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat yang terjadi sejak awal tahun 2015. Meskipun begitu, Ia tetap optimis laba bersih perusahaan akan tumbuh sekitar 8-9% hingga akhir tahun nanti seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat. Sedangkan Kiswoyo memprediksi AMRT mampu memperoleh kenaikan pendapatan tahunan sebesar 20-30%. Menurutnya, tahun ini bisnis ritel tidak akan mendapatkan laba bersih yang terlalu besar, sebagai gantinya perusahaan akan memilih fokus untuk menggenjot volume penjualan. “Ritel tidak bisa untung besar karena adanya kenaikan UMR, biaya listrik, dan BBM. Bisnis retail sangat sensitif terhadap kenaikan tiga faktor tersebut, terutama listrik dan BBM,” terang Kiswoyo. Reza merekomendasikan buy dengan target price Rp 650. Kiswoyo merekomendasikan hold di target harga Rp 520. Sedangkan Adria Joezer analis UBS Securities Indonesia merekomendasikan neutral di Rp 540. Pada penutupan bursa kemarin (8/6), saham AMRT ditutup di Rp 570.
AMRT mencoba peruntungan di bisnis apotek
JAKARTA. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berniat untuk terjun ke bisnis di sektor farmasi. Melalui cucu usahanya, PT Sumber Medika Lestari (SML), pemilik gerai Alfamart tersebut akan ekspansi ke bisnis apotek lewat gerai health and beauty DanDan. Saat ini 99,9% saham SML dimiliki oleh anak usaha AMRT, PT Sumber Indah Lestari (SIL) selaku pengelola gerai DanDan. Nantinya keberadaan apotek ini akan bersinergi dengan gerai DanDan yang sudah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia dengan jumlah 58 gerai. Rencananya AMRT untuk melebarkan sayap ke bisnis bidang kesehatan sepertinya tidak dapat terwujud dalam waktu dekat. Pasalnya, perseroan masih terganjal dengan proses perizinan untuk mendirikan dan mengoperasikan apotek tersebut. Selain itu, AMRT juga masih harus menghitung bisnis model dan rencana pengembangan apoteknya. Kendati demikian, rencana diversifikasi bisnis AMRT ke sektor farmasi tersebut dinilai positif oleh para analis. Kiswoyo Adi Joe, analis Ivesta Saran Mandiri mengatakan persaingan di bisnis apotek masih tergolong sedikit. Saat ini baru ada dua pemain besar, yakni apotek K-24 dan apotek Kimia Farma dengan jumlah gerai masing-masing sebanyak 260 dan 394 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Kiswoyo yakin bisnis apotek AMRT akan berprospek bagus untuk jangka panjang asalkan melakukan penitrasi pasar yang lebih ke dalam dengan membuka gerai apotek di daerah-daerah. Tahun ini, perusahaan berencana untuk membuka 25 gerai baru DanDan, sehingga total berjumlah 83 gerai. “Untuk diversifikasi bisnis sangat bagus karena pemainnya cuma dua yang besar sehingga persaingan masih sedikit dan memiliki prospek yang positif. Perusahaan harus buka di daerah-daerah, jangan di mal,” jelas Kiswoyo. Menurut analis NH Korindo Securities, Reza Priyambada, AMRT harus menjual varian-varian obat yang berbeda dan mengambil margin yang tidak terlalu besar jika ingin bersaing dengan apotek K-24 dan Kimia Farma. Ia menilai margin keuntungan yang bisa diambil oleh perusahaan berkisar 3-5%. “Kalau di bawah itu, nanti akan berpengaruh buruk ke pendapatan perusahaan,” ujar Reza. Selain bersinergi dengan DanDan, rencana diversifikasi bisnis apotek ini juga harus terintegrasi dengan gerai Alfamart dan Alfamidi yang jumlahnya mencapai 13.916 outlet. Dengan begitu, Reza menilai ekspansi ke sektor farmasi akan lebih cepat karena lokasi gerai Alfamart dan Alfamidi berada di tempat-tempat yang cukup ramai. Ekspansi bisnis ke sektor farmasi dipercaya dapat memberika angin segar terhadap performa buruk perusahaan pada kuartal I-2015. Analis KDB Daewoo Securities Indonesia, Dang Maulida dalam riset 4 Juni 2015 menyebutkan AMRT mengalami rugi bersih sebesar Rp 38,76 miliar pada kuartal I-2015 meskipun pendapatan naik 12,6% YoY dari Rp 9,14 triliun menjadi Rp 10,3 triliun. Rapor merah AMRT ini sebagai akibat dari beban keuangan yang tinggi mencapai Rp 145,05 miliar atau naik atau naik 54,1% YoY. “Rugi bersih ini bukan pertama kali terjadi pada AMRT. Di kuartal I-2009, 2010, dan 2011 pernah mendapatkan rapor merah, tapi lambat laun tertutupi pada akhir tahun,” ungkap Maulida. Sepanjang kuartal I-2015, penjualan di bisnis ritel Indonesia mengalami perlambatan sebesar 10,7% YoY. Penurunan penjualan di pasar modern seperti minimarket, supermarket, dan hypermarket mencapai 10,8% YoY. Sedangkan margin operasional tetap stabil di level 1%. Perlambatan penjualan yang dialami AMRT layaknya emiten lain di sektor ritel disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat yang terjadi sejak awal tahun 2015. Meskipun begitu, Ia tetap optimis laba bersih perusahaan akan tumbuh sekitar 8-9% hingga akhir tahun nanti seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat. Sedangkan Kiswoyo memprediksi AMRT mampu memperoleh kenaikan pendapatan tahunan sebesar 20-30%. Menurutnya, tahun ini bisnis ritel tidak akan mendapatkan laba bersih yang terlalu besar, sebagai gantinya perusahaan akan memilih fokus untuk menggenjot volume penjualan. “Ritel tidak bisa untung besar karena adanya kenaikan UMR, biaya listrik, dan BBM. Bisnis retail sangat sensitif terhadap kenaikan tiga faktor tersebut, terutama listrik dan BBM,” terang Kiswoyo. Reza merekomendasikan buy dengan target price Rp 650. Kiswoyo merekomendasikan hold di target harga Rp 520. Sedangkan Adria Joezer analis UBS Securities Indonesia merekomendasikan neutral di Rp 540. Pada penutupan bursa kemarin (8/6), saham AMRT ditutup di Rp 570.