Amunisi BI stabilkan rupiah



JAKARTA. Otoritas moneter sedang menyusun sejumlah amunisi untuk mengurangi tekanan pada nilai tukar. Utamanya, Bank Indonesia (BI) akan memperpanjang tenor berbagai instrumen moneter agar bisa menjadi pilihan investor dan perbankan untuk memasukkan dananya.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ekonomi yang melambat menyebabkan permintaan kredit melambat. Akibatnya, setelah Lebaran ini BI melihat terjadi arus balik likuditas sehingga terjadi likuditas yang cukup berlebih. Perbankan mempunyai modal namun tidak bisa tersalurkan karena lesunya permintaan kredit.

Sekedar mengingatkan, berdasarkan data Mei 2015, kredit yang telah disalurkan perbankan tercatat Rp3.792,8 triliun atau tumbuh 10,3 persen (year on year), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya. Pertumbuhan likuiditas uang beredar juga susut sebagai bukti minimnya konsumsi masyarakat. Posisi Juni 2015 pertumbuhan uang beredar sebesar Rp 4.359,5 triliun atau tumbuh 13,0% bila dibanding periode Juni 2014.


Pertumbuhan uang beredar Juni ini lebih rendah dibanding pertumbuhan Mei yang mencapai 13,4%. Sebelumnya, pertumbuhan uang beredar April 2014 bahkan mencapai 14,9%.

Hal inilah yang dalam pantauan BI menyebabkan likuiditas rupiah dalam jangka pendek mengalami kelebihan sehingga memberi tekanan tambahan pada rupiah. BI pun bergerak dengan menggeser tenor instrumen moneter BI di Deposit Facility atau yang dikenal dengan Fasbi yang sebelumnya bersifat overnight atau satu malam ke arah 1 minggu, 3 minggu, 1 bulan, hingga 3 bulan.

"Ini (kebijakan) jangka pendek sampai menunggu permintaan kreditnya naik," ujarnya, Selasa (18/8). Dalam catatan BI, kelebihan likuditas perbankan di BI mencapai sekitar Rp 240 triliun di mana yang di-overnight-kan di Fasbi sekitar Rp 110 triliun.

Nominal yang cukup besar ini apabila tidak dijaga dan ditampung dalam suatu instrumen akan menyebabkan tekanan pada rupiah. Selain Fasbi, BI juga akan kembali menerapkan lelang instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 9 bulan. SBI dengan tenor 9 bulan ini sebelumnya ditutup oleh BI karena sepi peminat.

Namun, saat ini BI melihat instrumen dengan tenor yang lebih panjang sangat penting untuk menambah pasokan valuta asing (valas). "Apalagi kalau 9-12 bulan itu bisa dibeli oleh asing sehingga bisa memberikan outlet asing," terangnya. Saat ini SBI yang ada adalah tenor jangka pendek seperti 1 dan 3 bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia