KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) menanggapi terkait banyaknya perusahaan rintisan (
startup) yang melakukan upaya efisiensi akhir-akhir ini. Dengan beragam masalah yang menimpa
Startup, Amvesindo menilai hal tersebut karena investor kini jauh lebih selektif. “Investor makin selektif dalam kucurkan dana investasi. Jadinya start-up harus menghemat
cash dan usahakan punya
runway yang lebih panjang. Salah satu cara adalah mengambil langkah-langkah efisiensi,” ungkap Eddi Danusaputro, Sekretaris Jenderal Amvesindo kepada Kontan, Kamis (26/5). Menurut Eddi, sisi profitabilitas memang menjadi perhatian besar para investor. Oleh karena itu, investor sangat berhati-hati dalam membenamkan investasinya. Terlebih lagi, tidak semua
startup kehadirannya begitu diperlukan. Adapun, saat ini investor lebih suka berinvestasi di
startup berbasis teknologi.
Baca Juga: Industri Modal Ventura Global Kena Demam Kripto, Bagaimana dengan di Indonesia? “Investor lebih suka
startup berbasis teknologi karena lebih cepat
scalability, lebih cepat
growth-nya,” tambah Eddi. Eddi menjelaskan, tren penyertaan modal saat ini cukup baik. Berdasarkan tingkatnya,
Startup yang masih benar-benar baru biasanya dibiayai oleh investor lokal, sedangkan startup yang punya prospek bertumbuh lebih besar sudah banyak didanai oleh asing. Kendati demikian, lanjut Eddi, secara pendanaan memang masih menjadi permasalahan. Meskipun pandemi sudah pulih, namun pengurangan likuiditas karena efek naiknya suku bunga masih menghantui. Terlepas dari permasalahan dibaliknya, nyatanya pemecatan karyawan juga dilakukan untuk perubahan fokus bisnis. Banyak
startup yang akhirnya melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena adanya suatu tujuan bisnis yang ingin dicapai. Sebut saja, PT Fintek Karya Nusantara atau Linkaja yang melakukan efisiensi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ratusan karyawan. Berdasarkan pemberitaan Kontan sebelumnya,
Head of Corporate Secretary Linkaja Reka Sadewo menjelaskan bahwa langkah tersebut dilakukan guna perubahan signifikan dalam penyesuaian bisnis. Selanjutnya, ada TaniHub sebagai startup penyedia bantuan teknologi untuk sektor pertanian. Di awal tahun ini, perusahaan juga melakukan PHK terhadap karyawan, dan melakukan penutupan sejumlah gudang. Hanya saja, langkah tersebut semata-mata karena perusahaan mengubah fokus bisnisnya.
Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group Bhisma Adinaya mengungkapkan, hal tersebut dilakukan guna mempertajam bisnis B2B (Horeca, MT, GT/UMKM dan mitra strategis).
Baca Juga: Modal ventura Akan Semakin Semarak Kucurkan Pendanaan Tahun Ini “Beberapa bulan lalu, TaniHub Group menghentikan operasional
warehouse Bandung dan
warehouse Bali. Hal ini kami lakukan untuk mempertajam fokus dan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan B2B. Nantinya, jumlah serapan hasil panen petani juga semakin meningkat,” kata Bhisma saat dihubungi Kontan, Kamis (26/5).
Bhisma menambahkan, dengan demikian TaniHub menghentikan juga kegiatan yang berkaitan dengan B2C untuk melayani kebutuhan rumah tangga. Kendati demikian, Bhisma menegaskan, terkait dengan penajaman fokus bisnis ini hak para karyawan yang terdampak tetap diperhatikan. “Kami bisa pastikan bahwa seluruh hak karyawan terpenuhi dengan baik dan prosesnya sudah selesai,” tegas Bhisma. Sebagai informasi tambahan, TaniHub Group saat ini telah bermitra dengan lebih dari 110.000 petani di Indonesia sejak didirikan pada 2016. TaniHub ingin terus meningkatkan bisnisnya dengan bercita-cita mencapai jumlah mitra hingga 1 juta petani. Saat ini, mayoritas petani mitra TaniHub, mayoritas baru tersebar di daerah Jawa dan Bali. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .