KONTAN.CO.ID - Jakarta. Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global dan perlu diwaspadai. Perlu diketahui bahwa cacar monyet atau
Monkeypox merupakan penyakit berasal dari virus yang ditularkan melalui binatang (
zoonosis). Virus
monkeypox merupakan anggota genus
Orthopoxvirus dalam
Poxviridae. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini disebut '
monkeypox'.
Bersumber dari situs Universitas Muhammadiyah Suraabya (UM Surabaya), WHO mencatat sudah ada 76 negara yang terkena dampak wabah penyakit ini.
Baca Juga: Memahami Arti dan Makna Penting Proklamasi Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia Di negara-negara yang terkena dampak sebelumnya, yang sebagian besar berada di Afrika Barat, dari berbagai latar belakang dan usia. Sedangkan negara Kawasan ASEAN melaporkan kejadian cacar monyet yakni Singapura, Thailand dan Philipina. Gina Noor Djalilah Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas UM Surabaya menjelaskan cacar monyet merupakan kategori
zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Saat ini mulai ditemukan kecenderungan dapat terjadi penularan antar manusia.
Anak-anak lebih rentan terkena cacar monyet
Virus
monkeypox ini dapat ditularkan ke manusia ketika ada kontak langsung dengan hewan terinfeksi (gigitan atau cakaran), pasien terkonfirmasi cacar monyet, atau bahan yang terkontaminasi virus (termasuk pengolahan daging binatang liar). Virus tersebut bisa masuk melalui kulit yang rusak, saluran pernafasan, atau selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut. “Sementara penularan antar manusia yakni melalui kontak dengan sekresi pernapasan, lesi kulit dari orang atau benda terinfeksi/terkontaminasi,” jelasnya seperti dikutip dari situs UM Surabaya. Menurut Gina, dosen yang sekaligus spesialis anak ini, cacar monyet lebih rentan terjadi pada anak-anak terutama bayi. Sehingga, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan dan lingkungan buah hati. “Kasus fatal cacar monyet yang terjadi pada anak, menurut catatan WHO sebagian besar terjadi pada kelompok anak yang berumur 9-15 tahun, bahkan, pernah berdampak pada kematian anak-anak di Afrika,” imbuhnya lagi.
Baca Juga: Fakta-Fakta Menarik di Balik Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 Gejala yang dialami adalah demam sumer yang disertai ruam kemerahan dengan bintil-bintil merah di kulit, bintil-bintil merah itu akan membesar dengan berisi cairan dan dapat juga cairan itu berubah menjadi nanah. Cairan pada bintil merah tersebutlah yang sangat berpotensi menularkan pada orang lain.
Cara mencegah cacar monyet pada anak
Lebih lanjut lagi Gina menjelaskan, pencegahan cacar monyet pada anak dapat dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan yang aman. Menjaga protocol kesehatan dengan memakai masker.
Mencuci tangan pada air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah memegang barang terinfeksi atau terkontaminasi. Mencuci tangan pada air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah memegang bayi atau anak untuk disuapi, dimandikan dan kegiatan-kegiatan harian yang erat dengan kontak. Menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) untuk mencegah segala penyakit menular. “Terakhir segera ke dokter jika menemukan gejala minimal cacar monyet, jangan tunggu hingga menyebar di seluruh tubuh. Lengkapi imunisasi pada anak untuk pencegahan berbagai penyakit menular,”pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News