Mencari babysitter atau pembantu di zaman sekarang lebih sulit daripada mencari manajer. Pemikiran semacam itu bisa jadi pernah menghinggapi benak Anda yang memiliki pasangan sesama pekerja dan anak berusia di bawah tiga tahun (batita).Kesulitan muncul karena kecocokan harus dirasakan dua arah. Tentu, Anda sebagai orang tua harus punya rasa percaya terlebih dahulu terhadap si pengasuh bukan? Nah, di tengah zaman yang tak pernah sepi dari berita kriminalitas yang dilakukan oknum pengasuh, pasti Anda ekstrahati-hati di saat memilih orang yang bakal menjaga buah hati Anda.Begitu Anda dan pasangan menemukan orang yang cocok, jangan dipikir masalah selesai. Bisa jadi, si pengasuh yang merasa tidak cocok. Bukan tak mungkin ia mengharapkan gaji yang lebih besar. Bahkan, alasan-alasan subjektif, seperti ingin dekat dengan kerabat atau pacar, bisa membuat sang pengasuh ingin hengkang dari rumah Anda. Banyak pengasuh berani mengambil keputusan semacam itu karena mereka menyadari peminat jasa mereka sangatlah banyak.Bagi mereka yang beruntung memiliki keluarga besar, pilihan yang lain yang populer adalah menitipkan ke anggota keluarga. “Budaya di sini, memang mengandalkan orang tua atau pembantu untuk mengasuh anak,” ujar Christine Then, pemilik I Lead Daycare. Di luar negeri, ada solusi lain bagi orang tua yang sama-sama bekerja, yaitu menitipkan anaknya ke daycare. Saat ini jumlah penitipan anak yang ada di Indonesia, bahkan di kota-kota besarnya, belum banyak. Tak heran, hampir semua daycare yang sudah beroperasi tak lagi memiliki kapasitas tersisa. Maklum, masih banyak pasangan yang sama-sama bekerja dan butuh pengasuh bagi anak mereka.Simak saja pengalaman Christine; Amanda Wongso, pemilik Lovely Sunshine Daycare; serta Lily Ardas, yang membuka Bintang Waktu. Terinspirasi oleh pengalaman pribadi masing-masing, ketiga ibu itu merintis usaha penitipan anak alias daycare.Christine mendirikan I Lead pada 4 November 2010 dengan modal sekitar Rp 1 miliar. Separuh dari modal awalnya ia habiskan untuk merenovasi tempat seluas 185 meter persegi (m²) di lantai mezzanine Gedung Energi, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Modal yang tersisa dialokasi untuk membeli furnitur; seperti ranjang bayi, kursi dan bangku anak-anak; mainan anak; dan perlengkapan elektronik, termasuk CCTV; serta biaya melatih karyawan.Setelah empat tahun beroperasi, I Lead mampu mengasuh hingga 30 anak batita. Kendati ongkos yang harus dibayar oleh orang tua peminat jasa I Lead tidak murah, toh, kapasitas tersebut sudah penuh.Mereka yang berniat menitipkan anak di I Lead terkena biaya pendaftaran Rp 1,5 juta plus membayar welcome pack seharga Rp 800.000, berisi matras, bantal, dan dua pasang seragam. Untuk penitipan, I Lead mengenakan dua jenis tarif. Kelompok pertama; bayi berusia 2 bulan–18 bulan tarifnya Rp 3,34 juta per bulan. Adapun tarif penitipan untuk anak berusia 18 bulan ke atas hingga tiga tahun adalah Rp 3,56 juta per bulan. Waktu penitipan mulai pukul 7 pagi hingga 6 sore.Jika kapasitasnya sedang tidak penuh, I Lead juga bersedia menerima batita yang dititipkan dalam hitungan hari. Untuk kelompok ini, biaya pendaftarannya adalah Rp 500.000 plus welcome pack Rp 800.000. Biaya penitipan untuk bayi berumur kurang dari 18 bulan Rp 250.000 per hari, dan biaya merawat anak berumur 18 bulan Rp 300.000 per hari. Dengan tarif sebesar itu, omzet I Lead berkisar Rp 90 juta sampai Rp 105 juta per bulan. Situasi fully occupied juga dialami Lovely Sunshine Daycare. Tempat itu mampu mengasuh hingga 40 batita. Amanda, sang pemilik, mengenakan biaya pendaftaran Rp 2 juta. Biaya penitipan anak bulanan antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta, tergantung kategori usia anak. Sedang tarif penitipan per minggu Rp 1 juta, sedang tarif penitipan per hari Rp 250.000 per hari. Kini omzet Lovely Sunshine Daycare berkisar Rp 75 juta–Rp 80 juta per bulan.Lily mengincar segmen yang lebih spesifik saat mendirikan Bintang Waktu Islamic Preschool & Daycare. Sesuai namanya, tempat Lily itu mengarah masyarakat kelas menengah yang beragama Islam di kawasan Jakarta Timur.Lily mendirikan Bintang Waktu pada 5 September 2011 dengan modal Rp 300 juta. Dana itu terpakai untuk menyewa rumah selama setahun, merenovasi, menyusun materi pembelajaran, serta biaya perekrutan dan pendidikan karyawan.Ketika membuka Bintang Waktu, Lily sudah hampir 5 tahun berhenti bekerja. Ia yang semula berstatus karyawan swasta, berhenti sejak memiliki anak. “Sedang suami saya waktu itu sekolah ke luar negeri, di luar tanggungan kantornya,” tutur Lily. Setelah empat tahun bergulir, Bintang Waktu saat ini mengasuh hingga 60 orang anak batita. Nilai omzetnya sekitar Rp 70 juta per bulan.Harus sayang anakMenyimak ketiga pengalaman ibu tersebut, modal yang harus disiapkan untuk memulai usaha penitipan anak memang tidak kecil. Nilainya berkisar ratusan juta. Itu sebabnya, usaha ini butuh waktu di atas satu tahun untuk impas modal. I Lead mengalami titik impas setelah tiga tahun. Sedang Bintang Waktu malah empat tahun baru pulang modal.Itu berarti, jika Anda tertarik dengan usaha ini, siapkan napas yang panjang saat memutar modal. Prasyarat lain untuk menerjuni usaha ini adalah mencintai dan mau repot mengurus anak-anak batita. Jika dua syarat itu sudah Anda penuhi, usaha ini sangatlah menarik. Selain potensi pasarnya yang terus tumbuh, margin usahanya pun lumayan, bisa 20%.Tentu, untuk menjalankan usaha daycare tak cukup hanya sang pemilik yang punya bakat merawat dan menyayangi batita. “Anda juga harus bisa merekrut karyawan yang juga sayang terhadap anak-anak,” ujar Christine. Caregiver alias pengasuh merupakan tulang punggung sebuah daycare. Bahkan, tak berlebihan apabila dikatakan bahwa nasib sebuah daycare akan ditentukan oleh pelayanan caregiver.Mengingat peran caregiver yang demikian penting, ketiga pemilik daycare yang menjadi nara sumber KONTAN turun langsung saat mewawancara orang yang akan mereka pekerjakan sebagai pengasuh. Tak ada salahnya, Anda juga menyusun kriteria, baik objektif maupun subjektif, saat menyeleksi calon caregiver, demi memastikan ia mampu memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang Anda inginkan. Kriteria yang objektif itu antara lain pendidikan. Mayoritas daycare mengharuskan caregiver-nya memiliki ijazah SMA. Adapun kriteria subjektif yang bisa Anda terapkan antara lain kemampuan berkomunikasi. Selain harus mampu meladeni komunikasi gaya batita, caregiver seharusnya juga bisa nyambung dengan orang tua. “Bisa saja, orangtua si anak sedang stres, sehingga marah-marah. Jadi kita harus sabar menghadapinya,” tutur Christine.Mereka yang lolos seleksi, seharusnya Anda latih terlebih dahulu untuk memberikan pelayanan sesuai standar yang Anda inginkan. Ambil contoh I Lead yang menetapkan standar ke tiap caregiver-nya saat berbicara atau menyuapi anak. “Mereka harus kerja dengan hati,” ujar Christine.Standar yang diterapkan daycare di sini bisa jadi bervariasi. Maklumlah, belum ada aturan yang baku dari pemerintah tentang usaha ini. Karena itu, pemilik usaha daycare harus pintar-pintar menyusun standar layanan. Orang tua, tentunya, baru mau merogoh koceknya dalam-dalam untuk daycare yang memberlakukan standar oke.Dalam penyusunan standar ini, naluri keibuan Anda akan sangat membantu. Simak saja pengalaman Christine yang menggunakan “selera” pribadinya mengasuh anak, saat menyusun standar pelayanan I Lead. Calon pelanggan I Lead, yang waktu itu baru saja beroperasi, bisa jadi tambah yakin karena Christine juga menitipkan anak pertamanya di situ.Nah, mengelola pengasuh memang bukan urusan sederhana. Para pemilik daycare mengakui, tingkat pindah kerja pengasuh lumayan tinggi. Bagi Anda yang berminat membuka daycare, sumber daya manusia jelas patut dicermati.Untuk langkah pertama, tidak ada salahnya Anda melakukan survei gaji yang berlaku di antara para pengasuh. Insentif atau bonus bisa Anda rancang sebagai iming-iming bagi caregiver yang loyal bekerja. Supaya daycare Anda tidak mengalami krisis tenaga pengasuh, ada baiknya Anda menyiapkan satu-dua orang caregiver lebih banyak dari kebutuhan. Rasio ideal jumlah pengasuh dan anak tentu berbeda-beda, sesuai dengan standar yang Anda inginkan. Jika masih belum yakin, Anda bisa meniru rule of thumb yang dipegang Amanda. “Setiap dua bayi mendapat satu caregiver, dan setiap tiga anak mendapat satu caregiver,” tutur dia.Yang patut diingat, jangan pernah terpikir untuk mempercepat balik modal dengan memperbanyak jumlah batita yang dipegang oleh satu caregiver. Jika itu Anda lakukan, bisa dipastikan standar layanan caregiver akan turun.Begitu urusan tenaga kerja kelar, maka lokasi usaha adalah faktor berikut yang perlu dipertimbangkan masak-masak oleh mereka yang berniat membuka daycare. Kawasan di seputar kantor bernilai strategis karena dekat dengan tempat beraktivitas orangtua batita. Namun jika Anda sudah punya segmen khusus, seperti Lily, lokasi tak perlu di kawasan perkantoran.Siap-siap keluar duit jutaan Mengelola sumber daya manusia merupakan kunci bisnis tempat penitipan anak. Selain harus punya karyawan yang sayang dan telaten mengurus anak, daycare haruslah mempekerjakan mereka yang ahli memasak. Bayi yang berusia di atas 6 bulan sudah membutuhkan makanan pendamping air susu ibu (ASI). Apalagi, anak-anak di bawah tiga tahun (batita). Seperti orang dewasa, mereka harus makan sehari 3 kali ditambah dengan 2 kali makanan kecil.Keahlian memasak dan menyusun menu itu perlu karena para batita dititipkan selama Senin hingga Jumat. Jika tidak pandai meracik menu, bisa-bisa anak-anak bosan.Amanda Wongso, pemilik Lovely Sunshine Daycare, menyediakan menu sendiri. “Karena menu makanan kami tanpa MSG (Mono Sodium Glutamat), kandungan gizi tercukupi dan sangat sediikit konsumsi garam dan gula,” tutur Amanda. Semua menu yang disajikan Lovely, disebut Amanda, adalah bahan alami, sayur, daging, ikan dipilih yang benar-benar segar. Berlokasi di gedung bertingkat menjadi alasan Christine Then, pemilik I Lead Daycare, menggunakan kompor listrik untuk menyiapkan makanan. “Meski biaya listrik jadi tinggi. Tetapi demi keamanan daripada memakai kompor gas, ada risiko tabung gas meledak, sedangkan kami dititipi 30 anak, saya pilih menghin-dari resiko itu,” tutur Christine. Selain menyediakan menu bagi anak-anak yang dititipkan, juru masak daycare juga menyediakan menu bagi para karyawan yang lain. Jangan lupa, mayoritas karyawan daycare, yang berstatus caregiver, harus selalu berada di sisi anak-anak yang didampinginya. Artinya, mereka tidak bisa meninggalkan lokasi daycare hanya untuk makan siang. Karena itu, biaya konsumsi ini termasuk pengeluaran yang cukup besar dalam operasional usaha daycare. Menurut Lily Ardas, pemilik Bintang Waktu, setiap bulan ia mengeluarkan biaya sekitar Rp 13 juta untuk keperluan konsumsi anak-anak dan karyawannya.Para orang tua yang menitipkan anaknya di daycare ini mendapat layanan lengkap. Anak yang dititipkan dari pagi akan mandi pagi di tempat penitipan dan saat dijemput sudah mandi sore. Jadi, anak datang setelah bangun tidur, dan ketika dijemput sang orang tua sudah rapi kembali. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Anak orang terurus, usaha bakal mulus
Mencari babysitter atau pembantu di zaman sekarang lebih sulit daripada mencari manajer. Pemikiran semacam itu bisa jadi pernah menghinggapi benak Anda yang memiliki pasangan sesama pekerja dan anak berusia di bawah tiga tahun (batita).Kesulitan muncul karena kecocokan harus dirasakan dua arah. Tentu, Anda sebagai orang tua harus punya rasa percaya terlebih dahulu terhadap si pengasuh bukan? Nah, di tengah zaman yang tak pernah sepi dari berita kriminalitas yang dilakukan oknum pengasuh, pasti Anda ekstrahati-hati di saat memilih orang yang bakal menjaga buah hati Anda.Begitu Anda dan pasangan menemukan orang yang cocok, jangan dipikir masalah selesai. Bisa jadi, si pengasuh yang merasa tidak cocok. Bukan tak mungkin ia mengharapkan gaji yang lebih besar. Bahkan, alasan-alasan subjektif, seperti ingin dekat dengan kerabat atau pacar, bisa membuat sang pengasuh ingin hengkang dari rumah Anda. Banyak pengasuh berani mengambil keputusan semacam itu karena mereka menyadari peminat jasa mereka sangatlah banyak.Bagi mereka yang beruntung memiliki keluarga besar, pilihan yang lain yang populer adalah menitipkan ke anggota keluarga. “Budaya di sini, memang mengandalkan orang tua atau pembantu untuk mengasuh anak,” ujar Christine Then, pemilik I Lead Daycare. Di luar negeri, ada solusi lain bagi orang tua yang sama-sama bekerja, yaitu menitipkan anaknya ke daycare. Saat ini jumlah penitipan anak yang ada di Indonesia, bahkan di kota-kota besarnya, belum banyak. Tak heran, hampir semua daycare yang sudah beroperasi tak lagi memiliki kapasitas tersisa. Maklum, masih banyak pasangan yang sama-sama bekerja dan butuh pengasuh bagi anak mereka.Simak saja pengalaman Christine; Amanda Wongso, pemilik Lovely Sunshine Daycare; serta Lily Ardas, yang membuka Bintang Waktu. Terinspirasi oleh pengalaman pribadi masing-masing, ketiga ibu itu merintis usaha penitipan anak alias daycare.Christine mendirikan I Lead pada 4 November 2010 dengan modal sekitar Rp 1 miliar. Separuh dari modal awalnya ia habiskan untuk merenovasi tempat seluas 185 meter persegi (m²) di lantai mezzanine Gedung Energi, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Modal yang tersisa dialokasi untuk membeli furnitur; seperti ranjang bayi, kursi dan bangku anak-anak; mainan anak; dan perlengkapan elektronik, termasuk CCTV; serta biaya melatih karyawan.Setelah empat tahun beroperasi, I Lead mampu mengasuh hingga 30 anak batita. Kendati ongkos yang harus dibayar oleh orang tua peminat jasa I Lead tidak murah, toh, kapasitas tersebut sudah penuh.Mereka yang berniat menitipkan anak di I Lead terkena biaya pendaftaran Rp 1,5 juta plus membayar welcome pack seharga Rp 800.000, berisi matras, bantal, dan dua pasang seragam. Untuk penitipan, I Lead mengenakan dua jenis tarif. Kelompok pertama; bayi berusia 2 bulan–18 bulan tarifnya Rp 3,34 juta per bulan. Adapun tarif penitipan untuk anak berusia 18 bulan ke atas hingga tiga tahun adalah Rp 3,56 juta per bulan. Waktu penitipan mulai pukul 7 pagi hingga 6 sore.Jika kapasitasnya sedang tidak penuh, I Lead juga bersedia menerima batita yang dititipkan dalam hitungan hari. Untuk kelompok ini, biaya pendaftarannya adalah Rp 500.000 plus welcome pack Rp 800.000. Biaya penitipan untuk bayi berumur kurang dari 18 bulan Rp 250.000 per hari, dan biaya merawat anak berumur 18 bulan Rp 300.000 per hari. Dengan tarif sebesar itu, omzet I Lead berkisar Rp 90 juta sampai Rp 105 juta per bulan. Situasi fully occupied juga dialami Lovely Sunshine Daycare. Tempat itu mampu mengasuh hingga 40 batita. Amanda, sang pemilik, mengenakan biaya pendaftaran Rp 2 juta. Biaya penitipan anak bulanan antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta, tergantung kategori usia anak. Sedang tarif penitipan per minggu Rp 1 juta, sedang tarif penitipan per hari Rp 250.000 per hari. Kini omzet Lovely Sunshine Daycare berkisar Rp 75 juta–Rp 80 juta per bulan.Lily mengincar segmen yang lebih spesifik saat mendirikan Bintang Waktu Islamic Preschool & Daycare. Sesuai namanya, tempat Lily itu mengarah masyarakat kelas menengah yang beragama Islam di kawasan Jakarta Timur.Lily mendirikan Bintang Waktu pada 5 September 2011 dengan modal Rp 300 juta. Dana itu terpakai untuk menyewa rumah selama setahun, merenovasi, menyusun materi pembelajaran, serta biaya perekrutan dan pendidikan karyawan.Ketika membuka Bintang Waktu, Lily sudah hampir 5 tahun berhenti bekerja. Ia yang semula berstatus karyawan swasta, berhenti sejak memiliki anak. “Sedang suami saya waktu itu sekolah ke luar negeri, di luar tanggungan kantornya,” tutur Lily. Setelah empat tahun bergulir, Bintang Waktu saat ini mengasuh hingga 60 orang anak batita. Nilai omzetnya sekitar Rp 70 juta per bulan.Harus sayang anakMenyimak ketiga pengalaman ibu tersebut, modal yang harus disiapkan untuk memulai usaha penitipan anak memang tidak kecil. Nilainya berkisar ratusan juta. Itu sebabnya, usaha ini butuh waktu di atas satu tahun untuk impas modal. I Lead mengalami titik impas setelah tiga tahun. Sedang Bintang Waktu malah empat tahun baru pulang modal.Itu berarti, jika Anda tertarik dengan usaha ini, siapkan napas yang panjang saat memutar modal. Prasyarat lain untuk menerjuni usaha ini adalah mencintai dan mau repot mengurus anak-anak batita. Jika dua syarat itu sudah Anda penuhi, usaha ini sangatlah menarik. Selain potensi pasarnya yang terus tumbuh, margin usahanya pun lumayan, bisa 20%.Tentu, untuk menjalankan usaha daycare tak cukup hanya sang pemilik yang punya bakat merawat dan menyayangi batita. “Anda juga harus bisa merekrut karyawan yang juga sayang terhadap anak-anak,” ujar Christine. Caregiver alias pengasuh merupakan tulang punggung sebuah daycare. Bahkan, tak berlebihan apabila dikatakan bahwa nasib sebuah daycare akan ditentukan oleh pelayanan caregiver.Mengingat peran caregiver yang demikian penting, ketiga pemilik daycare yang menjadi nara sumber KONTAN turun langsung saat mewawancara orang yang akan mereka pekerjakan sebagai pengasuh. Tak ada salahnya, Anda juga menyusun kriteria, baik objektif maupun subjektif, saat menyeleksi calon caregiver, demi memastikan ia mampu memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang Anda inginkan. Kriteria yang objektif itu antara lain pendidikan. Mayoritas daycare mengharuskan caregiver-nya memiliki ijazah SMA. Adapun kriteria subjektif yang bisa Anda terapkan antara lain kemampuan berkomunikasi. Selain harus mampu meladeni komunikasi gaya batita, caregiver seharusnya juga bisa nyambung dengan orang tua. “Bisa saja, orangtua si anak sedang stres, sehingga marah-marah. Jadi kita harus sabar menghadapinya,” tutur Christine.Mereka yang lolos seleksi, seharusnya Anda latih terlebih dahulu untuk memberikan pelayanan sesuai standar yang Anda inginkan. Ambil contoh I Lead yang menetapkan standar ke tiap caregiver-nya saat berbicara atau menyuapi anak. “Mereka harus kerja dengan hati,” ujar Christine.Standar yang diterapkan daycare di sini bisa jadi bervariasi. Maklumlah, belum ada aturan yang baku dari pemerintah tentang usaha ini. Karena itu, pemilik usaha daycare harus pintar-pintar menyusun standar layanan. Orang tua, tentunya, baru mau merogoh koceknya dalam-dalam untuk daycare yang memberlakukan standar oke.Dalam penyusunan standar ini, naluri keibuan Anda akan sangat membantu. Simak saja pengalaman Christine yang menggunakan “selera” pribadinya mengasuh anak, saat menyusun standar pelayanan I Lead. Calon pelanggan I Lead, yang waktu itu baru saja beroperasi, bisa jadi tambah yakin karena Christine juga menitipkan anak pertamanya di situ.Nah, mengelola pengasuh memang bukan urusan sederhana. Para pemilik daycare mengakui, tingkat pindah kerja pengasuh lumayan tinggi. Bagi Anda yang berminat membuka daycare, sumber daya manusia jelas patut dicermati.Untuk langkah pertama, tidak ada salahnya Anda melakukan survei gaji yang berlaku di antara para pengasuh. Insentif atau bonus bisa Anda rancang sebagai iming-iming bagi caregiver yang loyal bekerja. Supaya daycare Anda tidak mengalami krisis tenaga pengasuh, ada baiknya Anda menyiapkan satu-dua orang caregiver lebih banyak dari kebutuhan. Rasio ideal jumlah pengasuh dan anak tentu berbeda-beda, sesuai dengan standar yang Anda inginkan. Jika masih belum yakin, Anda bisa meniru rule of thumb yang dipegang Amanda. “Setiap dua bayi mendapat satu caregiver, dan setiap tiga anak mendapat satu caregiver,” tutur dia.Yang patut diingat, jangan pernah terpikir untuk mempercepat balik modal dengan memperbanyak jumlah batita yang dipegang oleh satu caregiver. Jika itu Anda lakukan, bisa dipastikan standar layanan caregiver akan turun.Begitu urusan tenaga kerja kelar, maka lokasi usaha adalah faktor berikut yang perlu dipertimbangkan masak-masak oleh mereka yang berniat membuka daycare. Kawasan di seputar kantor bernilai strategis karena dekat dengan tempat beraktivitas orangtua batita. Namun jika Anda sudah punya segmen khusus, seperti Lily, lokasi tak perlu di kawasan perkantoran.Siap-siap keluar duit jutaan Mengelola sumber daya manusia merupakan kunci bisnis tempat penitipan anak. Selain harus punya karyawan yang sayang dan telaten mengurus anak, daycare haruslah mempekerjakan mereka yang ahli memasak. Bayi yang berusia di atas 6 bulan sudah membutuhkan makanan pendamping air susu ibu (ASI). Apalagi, anak-anak di bawah tiga tahun (batita). Seperti orang dewasa, mereka harus makan sehari 3 kali ditambah dengan 2 kali makanan kecil.Keahlian memasak dan menyusun menu itu perlu karena para batita dititipkan selama Senin hingga Jumat. Jika tidak pandai meracik menu, bisa-bisa anak-anak bosan.Amanda Wongso, pemilik Lovely Sunshine Daycare, menyediakan menu sendiri. “Karena menu makanan kami tanpa MSG (Mono Sodium Glutamat), kandungan gizi tercukupi dan sangat sediikit konsumsi garam dan gula,” tutur Amanda. Semua menu yang disajikan Lovely, disebut Amanda, adalah bahan alami, sayur, daging, ikan dipilih yang benar-benar segar. Berlokasi di gedung bertingkat menjadi alasan Christine Then, pemilik I Lead Daycare, menggunakan kompor listrik untuk menyiapkan makanan. “Meski biaya listrik jadi tinggi. Tetapi demi keamanan daripada memakai kompor gas, ada risiko tabung gas meledak, sedangkan kami dititipi 30 anak, saya pilih menghin-dari resiko itu,” tutur Christine. Selain menyediakan menu bagi anak-anak yang dititipkan, juru masak daycare juga menyediakan menu bagi para karyawan yang lain. Jangan lupa, mayoritas karyawan daycare, yang berstatus caregiver, harus selalu berada di sisi anak-anak yang didampinginya. Artinya, mereka tidak bisa meninggalkan lokasi daycare hanya untuk makan siang. Karena itu, biaya konsumsi ini termasuk pengeluaran yang cukup besar dalam operasional usaha daycare. Menurut Lily Ardas, pemilik Bintang Waktu, setiap bulan ia mengeluarkan biaya sekitar Rp 13 juta untuk keperluan konsumsi anak-anak dan karyawannya.Para orang tua yang menitipkan anaknya di daycare ini mendapat layanan lengkap. Anak yang dititipkan dari pagi akan mandi pagi di tempat penitipan dan saat dijemput sudah mandi sore. Jadi, anak datang setelah bangun tidur, dan ketika dijemput sang orang tua sudah rapi kembali. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News