KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) semakin serius menggarap bisnis energi baru terbarukan (EBT). Terbaru, anak usaha ADRO, yakni Adaro Power bersama Total Eren dinyatakan memenangkan tender pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) Tanah Laut, Kalimantan Selatan, setelah memberikan penawaran listrik per kilo watt hour (kWh) terendah kepada PT PLN (Persero). Konsorsium dari kedua perusahaan tersebut memberi penawaran listrik sebesar US$ 0,055 per kWh. Asal tahu, PTLB ini memiliki daya 70 megawatt (MW). PLTB tersebut dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi baterai atau Battery Energy Storage System (BESS) sebesar 10 MWh ini ditargetkan dapat memperkuat pasokan listrik di sistem interkoneksi Kalimantan pada tahun 2024.
Dharma Djojonegoro, Presiden Direktur PT Adaro Power mengatakan, tahap selanjutnya dari pembangunan PLTB ini adalah penandatanganan power purchase agreement (PPA). Setelahnya, fase pembangunan PLTB akan memasuki financial close dalam waktu 6 bulan sampai 12 bulan ke depan. Setelahnya, pembangunan PLTB akan memasuki fase konstruksi. “Estimasi pembangunan konstruksinya diperkirakan memakan waktu 14 bulan sampai 18 bulan,” terang Dharma kepada Kontan.co.id, Jumat (25/11).
Baca Juga: PLN Butuh 161,15 Juta Ton Batubara di 2023, Ini 10 Pemasok Terbesarnya Meski tidak merinci nilai investasi pasti, Dharma menegaskan pembangunan PLTB ini akan menggunakan project cost yang kompetitif dan akan menggunakan teknologi terbaru. “Diharapkan pendapatan dari sektor non batubara Adaro akan terus meningkat,” imbuh Dharma. Emiten tambang batubara ini terus menjajaki pengembangan proyek EBT di group Adaro. Selain mendukung tender EBT yang diadakan PLN, ADRO menjalankan green initiative jangka panjang melalui pengembangan kawasan industri hijau Kaltara, yang mana proyek pertamanya adalah smelter aluminium. Tim Riset CGS-CIMB Sekuritas menilai, belanja modal yang dikeluarkan tingkat ADRO untuk proyek ini kemungkinan akan relatif kecil bila dibandingkan dengan tingkat kas ADRO sebesar US$ 3,4 miliar pada per Sembilan bulan pertama 2022. Selain itu, diperkirakan terdapat potensi pendapatan tambahan (dengan asumsi kepemilikan ADRO 100%) dari proyek ini sebesar US$ 13,5 juta per tahun. Proyeksi ini didapat dengan mengasumsikan faktor kapasitas PLTB sebesar 40%. Namun, jumlah ini relatif kecil bila dibandingkan dengan proyeksi pendapatan ADRO di 2024 sebesar US$ 5,7 miliar. “Namun demikian, kami melihat bahwa ini adalah langkah positif dan komitmen ADRO untuk melakukan diversifikasi dari bisnis batubara,” tulis Tim Riset CGS-CIMB Sekuritas.
Baca Juga: Pasar Batubara Diselumuti Sejumlah Sentimen, Ini Rekomendasi Saham Jagoan Analis Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat