Anak usaha INDY tarik utang US$ 20 Juta



JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) kembali meraih dana eksternal untuk menopang ekspansi. INDY melalui entitas anak, PT Indika Inti Corpindo (IIC), menarik fasilitas kredit tanpa komitmen senilai US$ 20 juta dari Citibank N.A.

Penarikan utang itu dilakukan pada 13 Oktober 2014 dan akan jatuh tempo pada 13 Oktober 2015. Fasilitas ini dikenakan bunga sebesar 2,5% di atas LIBOR yang terutang setiap bulan.

"Pinjaman ini ditujukan untuk membiayai kegiatan perdagangan batubara di IIC," tulis manajemen INDY dalam laporan keuangan per 30 September 2014 seperti dikutip KONTAN, Selasa (4/11).


Indika Inti Corpindo merupakan anak usaha INDY yang sudah beroperasi secara komersial sejak 1998. Perusahaan ini bergerak di bidang investasi dan perdagangan umum batubara. Pada 27 Oktober 2014, IIC bersama INDY juga mendirikan PT Indy Property Indonesia yang bergerak di bidang pembangunan, jasa dan perdagangan.

Meski harga komoditas terus memburuk sejak pertengahan 2012 lalu, INDY tetap mengembangkan bisnis perdagangan batubara. Selain IIC, pada Januari 2014, INDY melalui entitas anak lainnya, Indika Capital Investments Pte Ltd, sudah mendirikan anak usaha baru yang akan berdagang batu bara.

Perusahaan yang bernama PT Indika energy Trading itu, resmi berdiri pada tanggal 23 Desember 2013. Anak usaha baru ini didirikan dengan modal usaha sebesar Rp 5 miliar. Sementara, modal ditempatkan sebesar Rp 3 miliar dan modal disetor sebanyak Rp 3 miliar.

Indika Capital Investment Ltd memiliki 1.800 lembar saham, dengan nilai Rp 1,8 miliar atau sekitar 60% dari total saham. Sisa kepemilikan saham, sebanyak 40%, berada di tangan PT Mitra Paramarta Prima. Jumlah saham yang dimiliki 1.200 lembar, atau setara dengan Rp 1,2 miliar.

Dengan pendirian anak usaha ini, bisnis INDY di pertambangan batubara semakin mantap. Sebelumnya, INDY menggandeng kerjasama dengan China Railway Group Limited (CREC) untuk menggulirkan proyek infrastruktur kereta api khusus batubara di Papua dan Kalimantan Tengah.

Nilai investasinya mencapai  US$ 6 miliar. Tahun lalu, INDY menargetkan produksi batubara mencapai 39,5 juta hingga 40 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan target produksi tahun 2012 mencapai 36,6 juta ton.

Secara umum, INDY menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 113,5 juta guna menopang ekspansi di tahun ini. Mayoritas capex, yaitu sebesar US$ 35 juta  dialokasikan untuk kebutuhan ekspansi PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), anak usaha INDY.

Selanjutnya, PT Petrosea Tbk akan memperoleh capex dari INDY senilai US$ 30,1 juta, PT Multi Tambangjaya Utama US$ 15 juta, dan PT Tripatra sebanyak US$ 3,8 juta. INDY akan menggunakan sisa capex sebesar US$ 29,5 juta untuk lini bisnis resources dan modal kerja INDY sebagai induk usaha.

Namun, anggaran capex sepertinya tidak akan terserap seluruhnya. Soalnya, hingga akhir kuartal III 2014, INDY baru menghabiskan capex senilai US$ 45,4 juta. Untungnya, meski ekspansi tersendat, INDY masih bisa memangkas rugi bersih menjadi US$ 9,7 juta di Januari-September 2014, dibandingkan periode sama tahun lalu yang US$ 15,6 juta.

Ini didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 23,8% menjadi US$ 785,3 juta di akhir September 2014, dibandingkan sembilan bulan tahun lalu yang tercatat Us$ 634,2 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan