Anak usaha infrastruktur tak lagi disuapi induk



JAKARTA. Sejumlah anak usaha di bidang infrastruktur kini sudah tidak lagi mengandalkan proyek dari sang induk usaha. Salah satunya adalah PT Wijaya Karya Beton Tbk atau Wika Beton (WTON).

Menurut Puji Haryadi, Sekretaris Perusahaan Wika Beton, hingga kuartal I-2017, sudah meraup pra penjualan (marketing sales) sebesar Rp 1,5 triliun. Hasil ini baru memenuhi 24% dari target yang dipatok tahun ini yang sebesar Rp 6,3 triliun.

Dari hasil penjualan tersebut, sebagian besar justru bukan berasal dari proyek sang induk usaha yakni PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Ia mengklaim, proyek-proyek baru tersebut berasal dari perusahaan swasta. Sayang ia tidak memerinci identitas dari perusahaan tersebut.

Sedangkan penjualan dari induk usaha, Wika Beton cuma menargetkan bisa meraup sebesar 22% saja dari target penjualan yang sebesar Rp 6,3 triliun tersebut. Artinya Wika Beton membidik dapat proyek dari Wijaya Karya sebesar Rp 1,38 triliun.

Menurut Puji, sang induk usaha memang tidak menganakemaskan Wika Beton. Padahal, Wijaya Karya kerap mendapatkan proyek konstruksi bidang infrastruktur dan properti untuk pengadaan ready mix concrete atau cor beton curah berbentuk molen yang juga dilayani oleh Wika Beton. "Tidak ada perlakuan khusus dan kami tidak bergantung ke Wijaya Karya," katanya kepada KONTAN, Minggu (14/5).

Sejauh ini, kata Puji, pelanggan utama Wika Beton memang berasal dari kalangan swasta. Sayang, Puji enggan membeberkan komposisinya. Urutan berikutnya justru dari perusahaan pelat merah lainnya. Baru urutan buncit dari Wijaya Karya sendiri.

Hal senada juga terjadi di PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). Menurut Pricilia Endhita, Hubungan Investor Nusa Raya Cipta, pihaknya cuma mendapat cipratan proyek dari sang induk yakni PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sebesar 5% saja dari total proyek.

Adapun tahun ini, perusahaan konstruksi partikelir ini mematok target kontrak baru Rp 3,3 triliun. Target ini sejatinya naik 17,8% dari perolehan tahun lalu sebesar Rp 2,8 triliun.

Sebagian besar kontrak tersebut berasal dari perusahaan swasta di luar induk perusahaan. Seperti proyek stasiun Cisauk BSD, Mason Pine Hotel Padalarang, Hotel Solis Ubud Bali, dan Synthesis Apartment Kemang. "Proyek baru tersebut, semua berasal dari swasta," terang Pricilia.

NRCA 2017 ini mematok target pendapatan Rp 2,9 trilyun dan laba Rp 175 miliar Menurutnya, saat ini sang induk usaha memang sedang minim proyek. "SSIA lagi tidak banyak proyek," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini