Anak Usaha Kimia Farma (KAEF) Minta Pembatasan Impor Bahan Baku Diperketat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak perusahaan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang bekerja sama dengan perusahaan farmasi Korea Selatan Sungwun Pharmacopia Co. Ltd, yaitu PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP), meminta pemerintah untuk memperketat aturan impor bahan baku ke dalam negeri.

Jasmine Karsono, Direktur Portfolio, Produk, dan Layanan KAEF, mengungkapkan bahwa pabrik KFSP memiliki tingkat utilitas yang tinggi, yaitu mencapai 74%.

"Utilisasi pabrik KFSP sebesar 74 persen, cukup tinggi. Serapan saat ini masih dominan untuk pasar domestik, sedangkan ekspor kita lebih fokus pada bahan baku kosmetik yang diekspor ke Korea. Namun, jumlahnya belum signifikan, selebihnya masih untuk kebutuhan dalam negeri," kata Jasmine dalam acara Public Ekspose di Jakarta Timur, Selasa (25/06).


Baca Juga: Rugi Hingga Rp 1,48 Triliun Tahun 2023, Kimia Farma (KAEF) Ungkap Penyebab Sebenarnya

Karena serapan bahan baku yang masih belum maksimal, Jasmine berharap pemerintah dapat menerapkan pembatasan impor bahan baku yang lebih ketat agar bahan baku lokal bisa lebih diserap dengan optimal.

"Pertama, pembatasan impor bahan baku ini sangat penting. Bahan baku tidak hanya untuk Kimia Farma, tetapi juga untuk perusahaan farmasi lainnya di Indonesia yang hampir 90 persen masih bergantung pada impor. Oleh karena itu, kami mengusulkan pembatasan impor agar industri bahan baku obat dalam negeri dapat berkembang," ujarnya.

Kedua, untuk meningkatkan kinerja, Jasmine juga menekankan perlunya dukungan pemerintah dalam bentuk penugasan untuk menekan biaya pembangunan pabrik.

"Pembangunan pabrik memerlukan kapital dan biaya operasional yang besar di awal. Jika volume permintaan bahan baku, baik domestik maupun ekspor, tidak besar, maka produksi juga akan terpengaruh," jelasnya.

 
KAEF Chart by TradingView

Saat ini, KSFP telah memproduksi 17 jenis bahan baku obat, dan dari jumlah tersebut, 5 di antaranya termasuk dalam daftar top 10 Molekul Prioritas Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Kami melihat bisnis bahan baku obat ini, memang kita banyak memerlukan dukungan pemerintah. Potensinya ada, seperti untuk bahan baku untuk (obat) AIDS dan cardio seperti colesterol. Balik lagi, kita berharap adanya pembatasan impor karena harga kita masil lebih tinggi, volume kita kecil sehingga kita juga butuh penugasan pemerintah supaya lebih clear bahwa yang kita pakai itu (bahan baku) dari dalam negeri," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .