Anak usaha BUMN mulai mengantre IPO



JAKARTA. Anak usaha BUMN mulai mengantre untuk menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Dalam waktu dekat, PT Waskita Beton Precast (WBP) siap go public. Anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) ini akan melakukan (IPO) sebanyak 10,5 miliar saham dengan target dana Rp 4 triliun.

Tak hanya WBP, PT Pertamina juga berencana mengantarkan anak usahanya PT Tugu Pratama ke pasar modal tahun ini. Tugu Pratama tengah mengurus semua persyaratan dan ketentuan IPO.

Kemudian PT PP Tbk (PTPP) menyorongkan tiga anak usahanya, PT PP Precast, PT PP Peralatan dan PP Energi. Ketiganya berniat IPO tahun depan dengan total target dana Rp 6,25 triliun.


Ramainya daftar anak usaha BUMN masuk bursa saham tentu menambah pilihan alternatif investasi di pasar modal. Secara umum, anak usaha BUMN memiliki fundamental kuat. Tapi bukan berarti tanpa ganjalan. WBP, misalnya, sejauh ini masih menjadi calon emiten terfavorit.

Namun, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai, WBP masih memiliki batasan. "Khususnya pangsa pasar," ujar dia kepada KONTAN, belum lama ini.

Pasar beton precast juga sudah diisi PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON). Jadi, pasca IPO, WBP harus lebih ekspansif lagi. "Jika perlu langsung memperkuat penjualan di luar penjualan kepada induknya," imbuh William.

Analis BNI Securities Maxi Liesyaputra berpendapat, setidaknya WBP bisa memanfaatkan peluang di balik kebijakan pemerintah menggeber proyek infrastruktur. Sebab, ketersediaan infrastruktur adalah kebutuhan penting demi mendukung ekonomi nasional.

"WBP bisa mengembangkan usaha dalam jangka panjang dengan menggunakan dana hasil IPO," tulis Maxi dalam risetnya.

Menurut William, mengandalkan nama induk saja tidak cukup. Perlu ada nilai tambah agar prospek WBP semakin berkilau. Dia mencontohkan PT PP Properti Tbk (PPRO). Induknya PT PP Tbk (PTPP) sudah dikenal.

Tapi di sisi lain, PPRO memiliki nilai tambah dengan fokus utama pada sasaran bisnisnya. Sejauh ini, kinerja saham PPRO terus menanjak. Dari semula Rp 185 per saham saat listing tahun lalu, kini sudah berada di kisaran Rp 1.000 per saham.

Menurut William, terus menanjaknya harga PPRO karena investor melihat emiten ini cukup menarik dari sisi sasaran pangsa pasarnya. PPRO fokus pada segmen menengah dimana segmen ini paling empuk.

"PPRO tahu apa yang sedang dikerjakan, proyeknya jelas, areanya jelas, segmennya jelas. Beda dengan pemain lain yang segmennya cenderung melebar, middle low atau middle high," kata dia.

Masih ada anak usaha BUMN berencana IPO. Misalnya PT Adhi Persada Properti (APP), anak usaha PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang berniat IPO 30%-35% di akhir tahun ini atau awal tahun depan dengan target dana Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie