Anak usaha SMRA menanti aturan DIRE



JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) masih belum memutuskan kelanjutan rencana Penawaran Saham Perdana atau initial public offering (IPO) anak usahanya, PT Summarecon Investment Property. SMRA masih menunggu perkembangan aturan Dana Investasi Real Estate (DIRE).

Adrianto P. Adhi, Direktur Utama SMRA, menilai, aturan DIRE yang baru tak ada bedanya dengan aturan lama, karena pengembang tetap masih dikenakan pajak. Oleh karena itu, perseroan bersama-sama dengan Real Estat Indonesia (REI) tengah mendalami dan meminta penjelasan Dirjen Pajak terkait aturan baru tersebut.

"Kita sudah menyampaikan keluhan ke Dirjen Pajak dan sekarang menunggu keputusan," kata Adrianto, kepada KONTAN baru-baru ini.


Sebelumnya, SMRA berniat membatalkan IPO, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan menghapus pajak berganda DIRE. Rencananya, perseroan akan memilih menjual aset ke DIRE untuk mencari pendanaan.

Namun, beleid yang dikeluarkan Kementerian Keuangan terkait DIRE tidak seperti yang diharapkan. Pasalnya, pemerintah masih mengenakan pajak untuk capital gain aset yang akan dijual ke DIRE sebesar 25%.

Padahal menurut Adrianto, jika ingin DIRE Indonesia bersaing dengan negara-negara lain, maka pajak capital gain juga harus dibebaskan. SMRA akan membuka opsi pendanaan lewat DIRE atau IPO.

Namun, SMRA telah membatalkan pelepasan sejumlah aset ke Summarecon Investment Property melalui akta perjanjian pengakhiran jual beli aset yang dibuat 1 September 2015.

Sebelumnya, SMRA dan Summarecon Investment Property menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) aset sehubungan penjualan Mal Kelapa Gading dengan nilai keseluruhan transaksi sekitar Rp 6,19 triliun.

Adrianto optimistis, bisnis SMRA tahun depan akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun ini. Optimisme tersebut muncul dengan kehadiran Summarecon Bandung. Tahun depan, perseroan masih meluncurkan kluster baru di kawasan superblok yang diluncurkan 21 November lalu.

Selain berencana meluncurkan kluster baru, SMRA akan melakukan ekspansi lahan tahun depan. Tahun ini perseroan menahan diri ekspansi lahan karena ekonomi lesu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie