KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dorong percepatan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), PT Suryacipta Swadaya (Suryacipta), anak usaha dari PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), hari ini (28/4) menandatangani perjanjian kerjasama dengan PT Xurya Daya Indonesia (Xurya) terkait penggunaan energi terbarukan berbasis tenaga surya kepada seluruh tenant di kawasan industri Suryacipta. Adapun penandatanganan kerjasama dilakukan di Gran Melia Hotel Jakarta dan diwakili Wilson Effendy selaku Wakil Presiden Direktur Suryacipta, serta Edwin Widjonarko, co-founder Xurya. Kedua belah pihak sepakat untuk bekerjasama dalam mengembangkan Smart Industrial Park yang tidak hanya fokus terhadap pengembangan teknologi, tetapi juga melalui pendekatan lingkungan. Wilson mengatakan, sebagai kawasan industri yang ramah lingkungan, Suryacipta mendapat nilai tertinggi dalam penilaian Eco-Industrial Park (EIP) oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO). Penelitian tersebut dilakukan kepada 50 kawasan industri dari 8 negara berkembang di dunia.
Anak usaha Surya Semesta Internusa (SSIA) gandeng Xurya dorong pemanfaatan EBT
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dorong percepatan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), PT Suryacipta Swadaya (Suryacipta), anak usaha dari PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), hari ini (28/4) menandatangani perjanjian kerjasama dengan PT Xurya Daya Indonesia (Xurya) terkait penggunaan energi terbarukan berbasis tenaga surya kepada seluruh tenant di kawasan industri Suryacipta. Adapun penandatanganan kerjasama dilakukan di Gran Melia Hotel Jakarta dan diwakili Wilson Effendy selaku Wakil Presiden Direktur Suryacipta, serta Edwin Widjonarko, co-founder Xurya. Kedua belah pihak sepakat untuk bekerjasama dalam mengembangkan Smart Industrial Park yang tidak hanya fokus terhadap pengembangan teknologi, tetapi juga melalui pendekatan lingkungan. Wilson mengatakan, sebagai kawasan industri yang ramah lingkungan, Suryacipta mendapat nilai tertinggi dalam penilaian Eco-Industrial Park (EIP) oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO). Penelitian tersebut dilakukan kepada 50 kawasan industri dari 8 negara berkembang di dunia.