Anak usaha VIVA kurangi porsi IPO



JAKARTA. Peminat penawaran saham perdana PT Intermedia Capital Tbk (IMC) masih minim. Padahal, harga saham initial public offering (IPO) induk stasiun televisi ANTV ini dipatok Rp 1.380 per saham atau di batas paling bawah dari rentang harga yang ditawarkan yakni di Rp 1.380-Rp 1.930.

Maka itu, Fery Budiman Tanja, Direktur Utama Ciptadana Securities sebagai penjamin emisi efek menjelaskan, jumlah saham yang dilepas IMC pun mesti diturunkan menjadi 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham ini terdiri dari 7,5% atau 294,11 juta saham baru, serta 98,03 juta saham atau 2,5% saham divestasi milik PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), induk IMC.

Tadinya, IMC berniat melepas 15% saham yang terdiri dari masing-masing 7,5% saham baru dan saham divestasi. "Harga ditetapkan di Rp 1.380 dan jumlah saham dikurangi karena disesuaikan dengan permintaan. Agar di secondary market juga bagus," jelas Ferry kepada KONTAN, Kamis (20/3).


Dengan begitu, IMC akan meraih dana Rp 541,15 miliar, lebih rendah dari target awal Rp 811,7 miliar-Rp 1,13 triliun. Kata Fery, dana ekspansi untuk IMC tetap aman meski dana IPO yang diraih tak sesuai harapan.  "Yang dikurangi adalah saham divestasi milik VIVA.

Sehingga, perolehan dana IPO untuk ekspansi IMC tetap sesuai target," kata dia. Dana yang diperoleh VIVA itu tersebut untuk refinancing utang.

IMC akan menggunakan 30% dana IPO untuk membeli lahan di Jakarta Timur atau Bekasi. Pembelian lahan ini dilakukan dengan pihak terafiliasi atau pihak ketiga. Selanjutnya, 25% hasil IPO akan digunakan untuk membangun kawasan studio baru.

IMC juga akan menggunakan 15% hasil IPO untuk membangun infrastruktur penyiaran multipleksing melalui sistem terestrial di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan beberapa wilayah lain. Sebanyak 10% dana IPO untuk pengadaan alat transmisi analog dan peralatan pendukung penyiaran lainnya oleh entitas anak. IMC juga menggunakan 10% dana IPO untuk membayar utang ke induk usaha, yakni VIVA.

Harga mahal

Wiliam Suryawijaya, analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, dari valuasi, harga IPO IMC tergolong mahal. Ini nampak dari price earning ratio (PER) IMC lebih tinggi industri media.

Hal tersebut bisa jadi salah satu faktor yang membuat peminat saham ini minim. Apalagi, kinerja IMC masih belum moncer. "IPO ini tidak memberi diskon dari sisi pricing, sehingga mungkin juga peminatnya menjadi sedikit. Dari sisi fundamental pun belum kuat," ujar dia.

Jumlah saham yang dilepas pun minim. Hal ini berpengaruh terhadap likuiditas pasar dan pergerakan harga sahamnya. Namun, William menyatakan, pergerakan harga IMC akan bergantung juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat saham itu dicatatkan.

Persoalannya, minimnya jumlah saham publik akan menyebabkan pergerakan saham ini lebih volatil. "Belum bisa dikategorikan saham ini bakal tak likuid, tergantung animo masyarakat," tambah dia.

William menyatakan, pergerakan saham sektor media belum seperti diharapkan. Bahkan harga saham emiten media longsor. Menurut dia, sentimen pemilu tidak bisa mengangkat harga emiten media.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana