JAKARTA. Akhir Mei 2013 Indeks Harga Saham Gabungan ditutup pada posisi 5.068,627. Sepanjang periode tersebut, indeks berfluktuasi membentuk rekor, dengan titik tertinggi pada posisi 5.251,29 dan terendah di level 4.907,59. IHSG tetap melanjutkan uptrend meski dibayangi oleh beberapa sentimen negatif. Masih dalam periode yang sama, asing melakukan net sell sebesar Rp 7,9 triliun. Meskipun asing gencar melakukan penjualan, adanya optimisme dan masih kuatnya pembelian dari investor lokal membuat IHSG tetap di zona hijau. Selama pekan belakangan, menurut analis dari First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto, IHSG sebenarnya disetir beberapa sentimen negatif dan positif. "Masih cerahnya sektor properti menjadi penopang indeks. Namun tingginya asumsi inflasi dalam APBN membuat adanya kekhawatiran jika hal tersebut akan berimbas ke kenaikan tingkat suku bunga. Padahal trend bunga kredit mikro sedang mengalami penurunan," kata David, Minggu (2/6). Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga merilis prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2013 yang hanya sebesar 5,9% - 6,1%. Prediksi ini turun jika dibandingkan dengan kuartal I di mana BI memprediksikan pertumbuhan ekonomi 6,2%. Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal 1 hanya sebesar 6,02%. Namun BI memprediksi bulan Mei ini berpotensi mengalami deflasi hingga sebesar 0,09%.
Analis: Awal Juni, indeks rawan terkoreksi
JAKARTA. Akhir Mei 2013 Indeks Harga Saham Gabungan ditutup pada posisi 5.068,627. Sepanjang periode tersebut, indeks berfluktuasi membentuk rekor, dengan titik tertinggi pada posisi 5.251,29 dan terendah di level 4.907,59. IHSG tetap melanjutkan uptrend meski dibayangi oleh beberapa sentimen negatif. Masih dalam periode yang sama, asing melakukan net sell sebesar Rp 7,9 triliun. Meskipun asing gencar melakukan penjualan, adanya optimisme dan masih kuatnya pembelian dari investor lokal membuat IHSG tetap di zona hijau. Selama pekan belakangan, menurut analis dari First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto, IHSG sebenarnya disetir beberapa sentimen negatif dan positif. "Masih cerahnya sektor properti menjadi penopang indeks. Namun tingginya asumsi inflasi dalam APBN membuat adanya kekhawatiran jika hal tersebut akan berimbas ke kenaikan tingkat suku bunga. Padahal trend bunga kredit mikro sedang mengalami penurunan," kata David, Minggu (2/6). Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga merilis prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2013 yang hanya sebesar 5,9% - 6,1%. Prediksi ini turun jika dibandingkan dengan kuartal I di mana BI memprediksikan pertumbuhan ekonomi 6,2%. Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal 1 hanya sebesar 6,02%. Namun BI memprediksi bulan Mei ini berpotensi mengalami deflasi hingga sebesar 0,09%.