Analis: BI 7-DDR naik, sinyal negatif bagi pasar obligasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat hampir pasti terwujud ketika pelaksanaan Federal Open Market Committee pada pekan depan. Di pekan yang sama, Bank Indonesia juga akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur. Lantas, bagaimana kondisi pasar obligasi nasional jika BI ikut menaikan suku bunga acuan Indonesia?

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menyampaikan, jika BI 7-Day Repo Rate ikut mengalami kenaikan, hal itu menjadi sinyal negatif bagi pasar obligasi domestik.

Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan Indonesia merupakan wujud bahwa kondisi ekonomi dalam negeri sedang tidak stabil. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai inflasi hingga melewati target yang ditentukan serta melemahnya kurs rupiah sampai di level yang tidak sesuai fundamental.


“Investor asing menjadi ragu dengan prospek ekonomi Indonesia,” kata Made, Senin (12/3).

Analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengatakan, kepercayaan investor asing terhadap pasar obligasi Indonesia berpotensi berkurang jika BI 7-Day Repo Rate naik.

Di samping itu, skenario kenaikan suku bunga acuan AS yang diikuti kenaikan suku bunga acuan Indonesia pada akhirnya membuat tren kenaikan imbal hasil SUN sulit dibendung.

Di satu sisi, kenaikan imbal hasil SUN berperan penting untuk mengambil minat investor asing. Di sisi lain, kenaikan tersebut berpotensi membuat investor kesulitan meraih capital gain ketika berinvestasi pada obligasi pemerintah. “Indeks obligasi bisa terkoreksi kalau itu terjadi,” ujar Anil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini