Analis: Bila terus berinovasi kinerja Kino Indonesia (KINO) bakal terus menanjak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja yang ciamik belum tentu menjadi kesuksesan yang akan berlanjut. Seperti halnya dengan kinerja PT Kino Indonesia Tbk. Walaupun kinerja di kuartal III tumbuh, masih ada strategi dan tantangan untuk mengembangkan bisnis.

Kepala Riset Trimegah Sekuritas, Sebastian Tobing menilai, persaingan kompetitor tidak perlu dikhawatirkan manajemen emiten dengan kode saham KINO ini. Pasalnya Sebastian mencatat KINO adalah perusahaan consumer goods yang selalu berinovasi dan menciptakan demand yang baru.

Seperti deterjen bayi yang dikeluarkan di pasaran. Menurut Sebastian, KINO bukan mengambil market share dari yang sudah ada, ataupun bersaing head to head dengan Rinso, melainkan menciptakan deterjen untuk pakaian bayi yang saingannya tidak ada atau jarang muncul di pasaran. 


“Memang menciptakan segmen baru lebih sulit. Tetapi KINO punya marketing cost yang selalu cukup tinggi sekitar 20% dari pendapatannya. Ini strategi yang diperlukan perusahaan,” ujar Sebastian kepada Kontan.co.id, Rabu (23/1). ​

Sebastian menyarankan strategi untuk bisnis KINO berkembang adalah terus berinovasi dengan memunculkan produk baru. Hal ini demi menantang perusahaan unggul dari kompetitor. Dan tentunya strategi untuk memasarkan produk dengan efektif. 

Tahun ini, KINO menargetkan mencapai pertumbuhan kinerja 25% - 30%. Namun jika berkaca pada laporan keuangan KINO sampai kuartal tiga 2018, pertumbuhan penjualan dan laba masih terlihat positif. 

Hingga kuartal III-2018, penjualan KINO mencapai Rp 2,59 triliun atau naik 11% dari Rp 2,34 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara laba bersih KINO juga naik 50% year on year (yoy) menjadi Rp 105,5 miliar dari kuartal III-2017 sebesar Rp 70,43 miliar.

Kinerja KINO sendiri masih ditopang oleh penjualan produk perawatan tubuh yang berkontribusi sebesar 49% dari total revenue sampai kuartal tiga 2018 ini atau senilai Rp 1,27 triliun. Lalu diikuti oleh penjualan segmen minuman berkontribusi sebesar Rp 1,10 triliun. Sedangkan sisanya makanan dan farmasi masing-masing berkontribusi sebesar Rp 212,14 miliar dan Rp 10,81 miliar.

Sebastian melihat selama dua sampai tiga tahun kedepan, produk perawatan pribadi akan menopang penjualan KINO. Misalnya produk perawatan rambut, Ellips dan deterjen bayi, Sleek. “Kita tahu produk Ellips telah diperkenalkan di Jepang. Dan akan diperluas ke Vietnam, juga Filipina. Dengan begitu, perusahaan akan menembus pasar Asia lainnya,” sebut Sebastian.

Sebastian pun merekomendasikan beli saham KINO dengan target harga saham Rp 4.300 per saham.​

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli